Perkembangan sejarah Jawa dan Nusantara di masa depan sudah diprediksi dalam bentuk syair ramalan yang mendahului jamannya oleh seorang nujum abad kesebelas, Jayabaya.
polahe wong Jawa kaya gabah diinteri
endi sing bener endi sing sejati
para tapa padha ora wani
padha wedi ngajarake piwulang adi
salah-salah anemani pati
banjir bandang ana ngendi-endi
gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni
gehtinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni
marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti
Sejak dulu pulau Jawa yang bisa juga berarti Nusantara memiliki alam
yang subur, melimpah bahan tambang di dalam perut bumi, penduduk yang
melimpah pada suatu hari akan menghadapi bencana terus-menerus antara
lain berupa banjir bandang, letusan gunung berapi. Penyebaran penduduk
dari pulau Jawa ke wilayah Nusantara yang sangat pesat berlangsung
sejak bangsa kulit putih berkuasa di Nusantara yang membutuhkan tenaga
manusia untuk membuka daerah baru antara lain untuk perkebunan sawit,
kopi, rempah-rempah. Juga sebagai tenaga administratif pemerintah
kolonial maupun sebagai anggota pasukan militer asing.
Bencana alam memang sesuatu yang lumrah bagi alam yang juga memiliki
daya hidup dan terikat dengan hukum ilmiah maupun gaib. Alam jengah
dengan segala macam ulah manusia yang berhasil mencapai puncak tertinggi
dalam bidang ilmu dan teknologi sehingga memanfaatkan alam dengan
efisien dan intensif, akan tetapi sayangnya hanya untuk memuaskan
kepentingan manusia sendiri tanpa pernah menghormati sang alam.
Masa depan yang digambarkan dengan kehidupan orang Jawa yang bekerja
dan hidup berputar-putar saja dalam tampah. Tampah adalah wadah dari
anyaman bambu berbentuk datar bulat berdiameter 66 cm. Tampah bisa
digunakan untuk memisahkan beras dan kulit padi maupun padi dengan
tangkai padi. Caranya dengan memutar wadah itu berlawanan arah jarum jam
maupun sebaliknya. Jika berlawanan arah jarum jam gunanya untuk
mengumpulkan benda yang lebih ringan tepat di tengah. Dan jika searah
jarum jam gunanya untuk memisahkan benda yang ringan ke bagian pinggir
tampah.
Maka orang Jawa/Nusantara selalu bertebaran ke segala arah merantau
dan dalam perantauan justru berdesak-desakan akibat terbatasnya ruang
hidup. Akan tetapi suatu kali pada hari raya mereka kembali ke tanah
leluhurnya. Dan begitulah seterusnya gerakan tersebut persis dengan
beras atau padi yang sedang diinteri dalam tampah agar dapat terkumpul
mana yang asli beras/pada dan mana yang benar dedak/kulit padi.
Pada jaman orde baru penyeragaman berpikir sesuai definisi yang
dipaksakan penguasa terjadi mulai dari anak sekolah dasar hingga para
akademisi bergelar doktor. Tak seorang pun mendendangkan irama lain,
para alim ulama, biksu, pendeta, dan pertapa atau paranormal pun sama
saja tidak berani mengungkapkan "piwulang adi" atau ajaran atau ilmu
yang sebenar-benarnya. Karena orde baru tidak segan-segan membunuh atau
memenjarakan barang siapa pun yang mengusik keamanan dan ketertiban
bertindak maupun berpikir berbeda dengan penguasa baik langsung maupun
tidak langsung. Jumlah korban orde baru berlipat kali lipat jumlah
korban penduduk setempat dalam perang Vietnam ditambah perang Korea.
Saat ini masa pemerintahan SBY terjadi "banjir bandang ana ngendi-endi......"
gunung meletus tanpa dapat diduga sebelumnya, bahkan tanpa petunjuk
apapun dalam eksakta maupun dalam impian. Juga di jaman SBY para
organisasi massa begitu membenci aliran-aliran kebathinan yang menjalani
laku "pati geni" alias ngelmu dengan berbagai cara antara lain
puasa berlebihan tanpa batas waktu. Ormas tersebut bertindak sesuai
pesan sponsor, sang sponsor takut jatidirinya yang kelam terbongkar
belangnya di masa orde baru "marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti".
Pemerintahan SBY bukan sumber sebab-akibat bencana alam sekarang ini
akan tetapi orde baru lah dan semua yang masih menggendong watak
kekuasaannya biang keladi semua ini (juga lumpur Lapindo) -- sesuai
syair Jayabaya tersebut.
Para ilmuwan kolonial yang memboyong ke negerinya dan selanjutnya
belajar dari kitab-kitab kuno warisan para leluhur Nusantara memang
merumuskan bahwa kekalahan berabad bangsa Nusantara membikin orang Jawa
menjalani laku siksa dan derita guna memperoleh kekuatan dan kesaktian.
Sayang sekali syarat sejarah tidaklah selengkap dan sebebas sebelum
kedatangan kaum kolonialis kulit putih, yaitu semasa Majapahit, Mataram,
Demak, Kediri, Singosari, Sriwijaya, dan seterusnya. Sehingga segala
ngelmu, derita, dan siksa yang dilakukan itu selalu membentur tembok
tebal akibat beralihnya kitab-kitab kuno itu menjadi milik bangsa asing.
****
Ramalan Jayabaya "perang dunia ketiga"
2
2
Kelak akan ada perang besar melanda bumi manusia. Terjadi di belahan bumi Timur, Barat, Selatan dan Utara. Banyak orang yang baik semakin sengsara. Orang jahat semakin tambah senang. Tatkala itulah berbagai syair kuno ramai-ramai dikumandangkan oleh para alim ulama, biksu, dan pendeta.
Penguasa negara adidaya saling berembug memilih negara mana yang hendak mereka caplok. Hore! Hore! Orang kulit berwarna tinggal bersisa separo. Orang kulit putih dan orang kulit kuning tinggal bersisa sepasang.......
(abad keduabelas [1100-an], Jayabaya)
Hingga saat ini Republik Rakyat Tiongkok tetap teguh terus mengibarkan tinggi-tinggi panji Marxisme-Leninisme dan konsekuen menjalankan kediktaturan proletariat dalam menjalankan sistem komunis pada garis yang benar sesuai perkembangan sejarah perjuangan kelas yang maju terus pantang mundur. Hasilnya berupa kemakmuran dalam ekonomi, dan kemajuan ilmu pengetahuan di Tiongkok telah mampu membuka mata lebar-lebar bagi dunia luar dan dengan demikian membuktikan bahwa marxisme semakin berkembang maju. Dan selama Tiongkok mempertahankan diktatur proletariat yakni partai tunggal kelas pekerja tetap memegang kekuasaan politik tertinggi maka kehancuran sistem komunis tidak akan pernah terjadi di Tiongkok....
Di sisi dunia lain terdapat adidaya dunia nomor satu, Amerika Serikat, sebuah negeri yang sangat antikomunis sampai ke ubun-ubun. Mereka menjalankan sistem ekonomi kapitalis dan menjalankan sistem liberalisme di segala bidang. Dan seluruh dunia mengakui betapa majunya teknologi Amerika Serikat di bidang persenjataan, ruang angkasa, teknologi informasi dan sebagainya. Dunia juga mengakui keperkasaan ekonomi Amerika Serikat. Negeri kapitalis Amerika Serikat ini terus-menerus menggunakan kekuatan militer dan kekuatan ekonomi mereka untuk mempertahankan pengaruh dan pamornya terhadap negara-negara lain di dunia.
Sejak kemenangan sekutu dalam perang dunia kedua dan Amerika sebagai salah satu pemenangnya selalu mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan terutama sekali jika negara tersebut terindikasi akan jatuh ke dalam pelukan komunisme maupun Islam fundamentalis.
Amerika Serikat terus-menerus dan selamanya tetap antikomunis dan anti-Islam fundamentalis. Amerika Serikat yang memiliki mesin perang terhebat di muka bumi ini juga sangat senang sekali berperang atau memerangi negara lain yang ingin berdikari di bidang politik, kebudayaan, dan ekonomi. Sudah barang tentu negeri sosialis semacam Korea Utara dan negeri Syiah Islam fundamentalis Iran adalah sasaran tembak bagi Amerika Serikat begitu ada peluang dan kesempatan untuk menyerang dengan kekuatan militer.
Dua kekuatan, dua musuh bebuyutan dalam ideologi yang saling bertentangan dan tidak mungkin ada kompromi apapun itu suatu hari kelak akan saling mengalahkan satu sama lain dan satu-satunya muara atau jalan keluar menyelesaikan dua kekuatan yang berlawanan secara historis ialah bertempur di medan perang.
Ramalan Jayabaya dari abad kesebelas yang berhubungan erat dengan terjadinya perang besar atau perang dunia ketiga adalah sebagai berikut:
Besuk yen ana peperangan.
Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Akeh wong becik saya sengsara.
Wong jahat saya seneng.
Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.
Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi.
Hore! Hore!
Wong Jawa kari separo.
Landa-Cina kari sejodho.
****
Ramalan Jayabaya "wolak-walik ing jaman -- Jangka Jayabaya"
3
3
Abad kesebelas masehi seorang raja sekaligus nujum dari Jawa bagian Timur merumuskan "Jangka Jayabaya" atau "jaman Jayabaya" yang akan terjadi pada masa depan. Tanda-tanda datangnya Jangka Jayabaya/Jongko Joyoboyo tersebut sudah dekat ialah jika pada suatu masa, "terdapat kereta yang bisa berjalan tanpa kuda atau kendaraan bermesin", "pulau Jawa berkalung besi atau rel kereta api", "manusia berhasil menciptakan kapal yang terbang di udara atau pesawat", "terdapat jembatan tanpa ada sungai di bawahnya atau jembatan layang", "tidak ada tawar-menawar di pasar swalayan, sehingga sunyi-sepi sekali".
Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.
Tanah Jawa kalungan wesi.
Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Kali ilang kedhunge.
Pasar ilang kumandhang.
Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.
Tanah Jawa kalungan wesi.
Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Kali ilang kedhunge.
Pasar ilang kumandhang.
Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.
Masa berlangsung Jangka Jayabaya terjadi hampir berbarengan atau
sebelum datangnya masa "Wolak-walik ing jaman" atau "jaman yang
terbolak-balik". Tanda-tanda manusia bakal menemui wolak-walik ing
jaman iala jika suatu masa, "bumi terasa makin sempit saja akibat
penduduk terus bertambah", "setiap jengkal tanah kena pajak", "manusia
jadi kuda penarik beban dan bahan bakarnya nasi pecel", "kaum hawa
mengenakan pakaian pria".
Bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret.
Sakilan bumi dipajeki.
Jaran doyan mangan sambel.
Wong wadon nganggo panganggo lanang.
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-walike jaman.
Sakilan bumi dipajeki.
Jaran doyan mangan sambel.
Wong wadon nganggo panganggo lanang.
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-walike jaman.
Wolak-walik ing jaman dan jangka Jayabaya berlaku secara matematis
yakni selalu dimulai pada angka tahun khusus yang tidak bisa
dibolak-balik atau jika diwolak-walik akan sama saja jumlah angka
hasilnya periodisasi berulang tiap seratus satu tahun yakni jatuhnya
pada tahun kembar dua digit dan dimulai sejak abad kedua belas - seratus
tahun sejak masa kehidupan sang nujum itu sendiri hidup di abad
kesebelas. "wolak-walik ing jaman" berupa peristiwa besar yang terjadi
pada abad ketigabelas (1200-an) dalam "jangka Jayabaya" di tahun kembar pertama
jatuh pada 1212 yakni peristiwa besar tampilnya seorang rakyat jelata
bernama Arok mulai memimpin pasukan untuk menyerang Akuwu Tumapel,
Tunggul Ametung. dan juga kerajaan Kediri. Dalam sejarah peristiwa di
abad keduabelas itu merupakan kudeta pertama di Nusantara. Arok kelak
marak sebagai seorang raja bergelar Sri Rajasa dan sebagai pendiri
dinasti Majapahit.
Jangka Jayabaya di tahun kembar kedua 1313 wolak-walik ing jaman yang besar ialah terjadinya peristiwa serangan pasukan Majapahit yang dipimpin Gajahmada terhadap para sahabat Raden Wijaya yang memberontak terhadap Majapahit tatkala Raden Wijaya wafat dan digantikan oleh Kala Gemet. Gajahmada kelak marak sebagai mahapatih Majapahit.
Tahun kembar ketiga 1414 Majapahit dilanda perang paregreg, musuh-musuh Majapahit dibantu oleh Cheng Ho yang mendarat dari kapal-kapal mewah berangkat dari Tiongkok tiba pertama kali di Jawa di wilayah Semarang. Cheng Ho juga menyebarkan Islam, mengakibatkan semakin cepat Majapahit yang beragama Hindu-Buddha meluncur menuju masa keruntuhannya. Dan mulailah berdiri kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Demak.
Tahun kembar keempat 1515 terjadi kedatangan bangsa Portugis dan berhasil berkuasa di Malaka, mereka mulai bersiap-siap menyerang pulau Jawa. Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lor atau Patiunus yang berusaha mengusir Portugis dari Malaka dengan mengirimkan armada kapal perang gabungan Demak-Majapahit-Banten-Aceh ke wilayah yang diduduki oleh Portugis di Selat Malaka yang sangat strategis jalur laut penting kapal yang menuju wilayah Nusantara. Armada gabungan tersebut gagal merebut Malaka dari tangan Portugis yang lebih unggul dari segi teknologi kapal dan persenjataan di kapal.
Tahun kembar kelima 1616 baru beberapa tahun marak sebagai raja, Sultan Agung ing Ngalogo dari kerajaan Mataram mulai menyusun pasukan dan kekuatan militer lainnya untuk mengusir Belanda dari wilayah Batavia. Serangan Mataran terhadap Batavia 1628-1629 tidak berhasil mengusir Belanda dari Batavia. Sultan Agung sudah mengerahkan semua kekuatan pasukan darat dan lautnya kira-kira duaratus ribu pasukan.
Tahun kembar keenam 1717 terjadi peristiwa Untung Suropati yang terus bertahan terhadap serangan Belanda hingga akhirnya Untung Suropati tewas di benteng pertahanannya di daerah Bangil. Perjuangan pasukan Untung Suropati terus dilanjutkan dengan menggabungkan diri bersama pasukan dari Surabaya dan bersama-sama menahan pasukan penakluk Belanda yang datang dari wilayah Mataram Jawa Tengah. Belanda tetap unggul karena lebih unggul dalam hal persenjataan dan strategi perangnya.
Tahun kembar ketujuh 1818, perang Jawa meletus, seorang pangeran Diponegoro memimpin perlawanan terhadap Belanda. Belanda memang sedang mengadakan serangan penaklukan di seantero penjuru Nusantara dalam rangka menyatukan wilayah Nusantara yang tunduk takluk pada pemerintah Hindia Belanda yang sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan berbagai macam produk yang sangat dibutuhkan di pasar Eropa.
Tahun kembar kedelapan 1919 terjadilah revolusi Oktober di Rusia dan untuk pertama kalinya berdiri sebuah negeri sosialis yang berideologi marxist-leninis/ komunis. Di Hindia Belanda Baars, Snevliet adalah yang pertama memperkenalkan ajaran sosialisme atau marxisme dan mendirikan ISDV pada sekitar tahun kembar tersebut. Muara daripada ISDV adalah Partai Kamunis Indonesia yang hanya dalam dua tahun sejak berdiri mampu mengorganisir pemberontakan di Sumatera Timur yang banyak terdapat perkebunan luas milik swasta dan pemerintah Hindia Belanda.
Jangka Jayabaya yang paling dekat dari 2010 saat ini adalah yang akan dimulai pada tahun kembar kesembilan 2020. Tekone wolak-walik ing jaman dan tekone jaman Jayabaya atau jangka Jayabaya sudah lengkap segala sesuatu yang menjadi pertandanya. Tanda-tanda yang disebutkan di awal tulisan ini sudah lunas dan lengkap terbukti semuanya. Maka yang seharusnya bakal terjadi ialah peristiwa besar paling dahsyat atau stadium tingkat lanjut pada masa kesembilan Jangka Jayabaya di masa wolak-walik ing jaman kali ini.
Peristiwa besar di tahun kembar mendatang adalah berhentinya wolak-walik ing jaman, atau terhentinya jaman terbalik-balik menjadi jaman baru, perubahan itu dapat terjadi setelah terjadi sesuatu peristiwa Yang Maha Besar.
Ada pun skenario lainnya yakni terus bersinambungnya Jangka Jayabaya menuju masa kesepuluh, dan itu berarti terus berlanjutnya masa "wolak-walik ing jaman" untuk seratus tahun mendatang. Dan itu artinya penderitaan manusia golongan tertentu di jaman terbalik-balik dan membingungkan akan berlanjut terus.
Jangka Jayabaya di tahun kembar kedua 1313 wolak-walik ing jaman yang besar ialah terjadinya peristiwa serangan pasukan Majapahit yang dipimpin Gajahmada terhadap para sahabat Raden Wijaya yang memberontak terhadap Majapahit tatkala Raden Wijaya wafat dan digantikan oleh Kala Gemet. Gajahmada kelak marak sebagai mahapatih Majapahit.
Tahun kembar ketiga 1414 Majapahit dilanda perang paregreg, musuh-musuh Majapahit dibantu oleh Cheng Ho yang mendarat dari kapal-kapal mewah berangkat dari Tiongkok tiba pertama kali di Jawa di wilayah Semarang. Cheng Ho juga menyebarkan Islam, mengakibatkan semakin cepat Majapahit yang beragama Hindu-Buddha meluncur menuju masa keruntuhannya. Dan mulailah berdiri kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Demak.
Tahun kembar keempat 1515 terjadi kedatangan bangsa Portugis dan berhasil berkuasa di Malaka, mereka mulai bersiap-siap menyerang pulau Jawa. Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lor atau Patiunus yang berusaha mengusir Portugis dari Malaka dengan mengirimkan armada kapal perang gabungan Demak-Majapahit-Banten-Aceh ke wilayah yang diduduki oleh Portugis di Selat Malaka yang sangat strategis jalur laut penting kapal yang menuju wilayah Nusantara. Armada gabungan tersebut gagal merebut Malaka dari tangan Portugis yang lebih unggul dari segi teknologi kapal dan persenjataan di kapal.
Tahun kembar kelima 1616 baru beberapa tahun marak sebagai raja, Sultan Agung ing Ngalogo dari kerajaan Mataram mulai menyusun pasukan dan kekuatan militer lainnya untuk mengusir Belanda dari wilayah Batavia. Serangan Mataran terhadap Batavia 1628-1629 tidak berhasil mengusir Belanda dari Batavia. Sultan Agung sudah mengerahkan semua kekuatan pasukan darat dan lautnya kira-kira duaratus ribu pasukan.
Tahun kembar keenam 1717 terjadi peristiwa Untung Suropati yang terus bertahan terhadap serangan Belanda hingga akhirnya Untung Suropati tewas di benteng pertahanannya di daerah Bangil. Perjuangan pasukan Untung Suropati terus dilanjutkan dengan menggabungkan diri bersama pasukan dari Surabaya dan bersama-sama menahan pasukan penakluk Belanda yang datang dari wilayah Mataram Jawa Tengah. Belanda tetap unggul karena lebih unggul dalam hal persenjataan dan strategi perangnya.
Tahun kembar ketujuh 1818, perang Jawa meletus, seorang pangeran Diponegoro memimpin perlawanan terhadap Belanda. Belanda memang sedang mengadakan serangan penaklukan di seantero penjuru Nusantara dalam rangka menyatukan wilayah Nusantara yang tunduk takluk pada pemerintah Hindia Belanda yang sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan berbagai macam produk yang sangat dibutuhkan di pasar Eropa.
Tahun kembar kedelapan 1919 terjadilah revolusi Oktober di Rusia dan untuk pertama kalinya berdiri sebuah negeri sosialis yang berideologi marxist-leninis/ komunis. Di Hindia Belanda Baars, Snevliet adalah yang pertama memperkenalkan ajaran sosialisme atau marxisme dan mendirikan ISDV pada sekitar tahun kembar tersebut. Muara daripada ISDV adalah Partai Kamunis Indonesia yang hanya dalam dua tahun sejak berdiri mampu mengorganisir pemberontakan di Sumatera Timur yang banyak terdapat perkebunan luas milik swasta dan pemerintah Hindia Belanda.
Jangka Jayabaya yang paling dekat dari 2010 saat ini adalah yang akan dimulai pada tahun kembar kesembilan 2020. Tekone wolak-walik ing jaman dan tekone jaman Jayabaya atau jangka Jayabaya sudah lengkap segala sesuatu yang menjadi pertandanya. Tanda-tanda yang disebutkan di awal tulisan ini sudah lunas dan lengkap terbukti semuanya. Maka yang seharusnya bakal terjadi ialah peristiwa besar paling dahsyat atau stadium tingkat lanjut pada masa kesembilan Jangka Jayabaya di masa wolak-walik ing jaman kali ini.
Peristiwa besar di tahun kembar mendatang adalah berhentinya wolak-walik ing jaman, atau terhentinya jaman terbalik-balik menjadi jaman baru, perubahan itu dapat terjadi setelah terjadi sesuatu peristiwa Yang Maha Besar.
Ada pun skenario lainnya yakni terus bersinambungnya Jangka Jayabaya menuju masa kesepuluh, dan itu berarti terus berlanjutnya masa "wolak-walik ing jaman" untuk seratus tahun mendatang. Dan itu artinya penderitaan manusia golongan tertentu di jaman terbalik-balik dan membingungkan akan berlanjut terus.
****
Ramalan Jayabaya "jaman edan"
4
4
Revolusi industri pertama kali di dunia pada abad 18 berlangsung di Inggris telah mengubah dunia memasuki kurun jaman edan, sebagaimana diramalkan oleh Raja Kediri, Sri Aji Jayabaya pada abad kesebelas sesudah masehi. Mesin uap, tenaga listrik, mobil, pesawat dan sebagainya mulai berhasil ditemukan umat manusia. Semua mesin-mesin itu mampu bergerak sendiri dan menghasilkan tenaga segila-gilanya tak mengenal lelah. Kemajuan teknologi sejak abad 18 itu tak dapat terbendung lagi yang puncaknya pada 1980-an komputer pribadi mulai dikembangkan di Amerika Serikat, pengembangan terus-menerus prosesor mikro menghasilkan berbagai perangkat mini yang praktis antara lain telepon seluler dan komputer tenteng dan jinjing. Kemajuan lain di bidang senjata puncaknya berupa peluru kendali berproyektil nuklir yang dapat menjangkau jarak separoh planet bumi. Kemajuan teknologi ruang angkasa ialah suksesnya pendaratan wahana manusia di planet Mars dan keberhasilan manusia menjejakkan kaki di bulan.
Jaman edan terdiri dari bagian yang bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang satu yakni jaman luar biasa, jaman modern dan sisi lainnya ialah jaman gila. Manusia berjingkrak jingkrak dan bertingkah gila menjadi tontonan di media layar kaca dan di atas panggung dengan imbalan besar, di pihak lain para sponsor dari perusahaan besar membiayai semua yang edan-edan itu dengan imbalan iklan bagi produk yang mereka hasilkan agar semakin dibeli banyak orang.
Jaman luar biasa atau jaman modern yang menghasilkan kemajuan di bidang komunikasi ialah telepon seluler, di mana-mana orang bicara sendirian, tertawa sendirian, dan kadang-kadang teriak sendirian padahal di seberang sana tidak terdengar suara sahutan dari pesawat yang dipergunakannya.
Peperangan antarnegara, maraknya kiprah para teroris atau pejuang dan berbagai kejahatan semakin aneh-aneh saja: membuang bayi, mutilasi, mabuk narkotika dan zat adiktif, dan sebagainya. Juga cara berpakaian kaum lelaki memakai perhiasan kaum wanita contohnya pakai anting-anting, atau wanita pakai celana laki-laki dan seterusnya. Juga kaum wanita kini berkat emansipasi telah berhasil menduduki jabatan tinggi di segala bidang sehingga menggeser peran pria yang berakibat semakin kehilangan peluangnya dalam dunia kerja.
Kemajuan teknologi pada suatu ketika akan mencapai titik kenyang sebagaimana Marx memprediksinya, "kapitalisme sedang menggali lubang kuburnya sendiri." Untuk mengelakkan kehancuran maka solusi yang biasanya digunakan ialah meletuskan perang dunia agar industri senjata dapat bergiat kembali. Untuk saat sekarang Amerika Serikat menciptakan tokoh teroris dan selanjutnya menjadi target buruannya, semua itu demi terus jayanya roda perkembangan kapital milik mereka.
Sejak negeri sosialis pertama di dunia Sovyet Uni berdiri melalui Revolusi Oktober 1917, maka negeri kapitalis diam-diam bekerja sama dengan fasis Jerman Hitler untuk membendung kemajuan Sovyet Uni. Kegagalan Jerman dalam perang dunia kedua menyerang Rusia mengakibatkan Amerika Serikat berbalik memukul Jerman bersama-sama Sovyet Uni. Dan pada gilirannya Amerika dan sekutunya berkampanye untuk melenyapkan negeri Sosialis pertama itu dalam perang dunia dingin. Sovyet Uni berantakan terpecah-pecah menjadi republik-republik mandiri.
Semua itu berlangsung berkat kemajuan teknologi senjata yang luar biasa di jaman luarbiasa (edan).
Perubahan pola berpikir dan berperilaku umat manusia terus mengalami perkembangannya dan di satu sisi peranan agama yang dominan membendung perilaku aneh-aneh dan edan, dan di sisi lain manusia dihadapkan pada godaan atau kebutuhan terhadap barang-barang mewah hasil industri antara lain mobil mewah, pakaian mewah, alat-alat komunikasi mewah dan segala yang mewah, dan semuanya itu membutuhkan dana untuk membelinya.
. Sang Buddha mengatakan, "segala sesuatu yang berupa barang berharga atau kekayaan adalah sumber daripada penderitaan manusia di dunia."
"Pancen wolak-waliking jaman, amenangi jaman edan, ora edan ora kumanan, sing waras padha nggagas, wong tani padha ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha," kata Jayabaya. Maka ramailah orang ikut-ikutan melakukan perbuatan edan seperti mengkorup uang negara agar ikut kebagian menikmati harta dan pangkat maupun wanita.
Di Nusantara para punggawanya di masa Orde Baru melakukan berbagai korupsi besar-besaran yang menghasilkan trilyader dari sebagian rakyat Nusantara, dan juga menghasilkan kaum miskin-papa dalam jumlah jutaan orang. Padahal kekayaan alam Nusantara tidak terbatas jumlahnya dan seharusnya dapat membikin ratusan juta rakyat hidup gemah ripah loh jinawi. Yang terjadi kemudian akibat ekonom Orde Baru berupa menggunungnya utang negara yang harus dilunasi anak cucu sampai tujuhpuluh turunan.
Lebih lanjut lagi di era reformasi yang dimulai sejak Orde Baru ambruk di dewan perwakilan rakyat yang terhormat terjadi perkelahian mulut dan anggota tubuh antar sesama anggota dewan sendiri. Mereka digaji dengan uang rakyat salah satunya untuk menunjukkan perilaku yang santun.
Untuk solusi mengakhiri jaman edan itulah sang prabu Jayabaya menyebutkan "notonogoro" yang artinya bisa berbagai macam, dan salah satunya antara lain, "menata kembali daripada segala kekacauan yang terjadi di jaman edan." Siapapun yang mampu menata kembali jaman edan yang puncaknya adalah meletusnya besar-besaran kekacauan di jagad bumi manusia dan jagad alam semesta. Dan selanjutnya sang "notonogoro" menciptakan atmosfir baru bagi terbentukkan tatanan dunia baru dan memimpin Nusantara memasuki "jaman baru".
Notonegoro dalam arti yang lain ialah sekumpulan suku kata nama
pemimpin Nusantara yang kelak memerintah di jaman baru yang berbentuk
kerajaan. Sah-sah saja jika sukukata notonogoro juga dipergunakan untuk
akhiran nama pemimpin negara Nusantara yang berbentuk selain kerajaan,
yakni dalam negara republik saat ini.
****
1998 Orde Baru jatuh, bersamaan pula saat itu periode jaman kalabendu atau kolobendu memasuki awal babak akhir, dan bersamaan dengan datangnya milenium ketiga yang sudah di ambang pintu. Agama Islam yang sudah bertahan selama limabelas abad itu konon akan tetap berjaya hingga akhir jaman yakni sampai hari kiamat, kini sedang menghadapi masalah dengan negara adidaya Amerika Serikat yang sedang memburu teroris garis keras dan fundamentalis Islam, berarti juga sama-sama sedang memasuki babak akhir jaman kolobendu seperti yang diramalkan oleh sang prabu Jayabaya yang hidup seribu tahun yang silam.
Pertanyaan yang selalu mengusik siapa pun ialah kapankah babak akhir jaman kolobendu itu? Menurut sang prabu dari kerajaan Kediri itu, "Di jaman kalabendu manusia Nusantara akan selamat jika selalu mawas diri dan tidak sekali-sekali meremehkan orang yang membela kebenaran bagaikan manusia-dewa." Sedangkan waktu yang tepat berakhirnya kolobendu sampai awal datangnya jaman kalasuba ialah berbeda-beda prosesnya dalam masing-masing bidang.
Kolobendu bisa berarti jaman antitesis yakni tesis-tesis memasuki fase siklus selanjutnya, antitesis atau pertarungan atau pertempuran dalam segala hal, sehingga jaman kolobendu berarti jaman pertarungan dalam segala bidang, pertarungan antarnegara, persaingan kekuatan militer, pertempuran ilmu pengetahuan dan filsafat, pertempuran budaya, pertempuran ekonomi, pertarungan ideologi, pertikaian umat beragama, pertempuran kelas sosial, persaingan mode, dan seterusnya. Kelak setelah berlalunya jaman antitesis atau jaman kolobendu akan memasuki jaman kesempurnaan atau jaman sintesis yang disebut oleh sang prabu Jayabaya sebagai jaman kolosubo atau kalasuba.
Jaman kesempurnaan dalam soal lingkungan hidup itu bisa digambarkan kelak setelah minyak bumi habis dan bahan bakar ramah lingkungan berhasil ditemukan umat manusia, sehingga polusi dunia mencapai angka nol. Juga di sektor industri ditemukan bahan-bahan yang ramah lingkungan, sampai pengelolaan sampah nuklir berhasil dikelola dengan baik. Dan seterusnya, juga di bidang lainnya mencapai kesempurnaan.
Jadinya wajar-wajar saja sekarang ini di Nusantara terjadi gonjang-ganjing yang parah tatkala memasuki akhir jaman kolobendu. Nusantara adalah pusat atau punjer atau pancer dunia dari mana segala peristiwa di jagad bumi manusia berawal dan berakhir, juga hal lainnya selalu terpicu dari tempat ini.
Kolonialisme mulai dikibarkan oleh bangsa kulit putih pada abad kelimabelas karena dipicu untuk memburu rempah-rempah yang berasal dari Nusantara langsung dari sumbernya. Pada awal milenium ketiga perburuan terorisme Islam fundamentalis dan garis keras yang dicanangkan Amerika Serikat sejak gedung kembar di jantung Amerika diruntuhkan pada 2001 juga karena penduduk Nusantara merupakan muslim terbesar di jagad raya.
Pasca goro-goro besar melanda planet bumi (antara lain terjadi kiamat bumi, perang besar, perang dunia, serangan jatuhnya benda angkasa, bencana alam terus-menerus) dan pulihnya jagad bumi manusia seperti sediakala menjadi normal kembali maka ratu adil alias satrio piningit alias satrio pinandito sinisihan wahyu didampingi titisan atau reinkarnasi terbaru Sabdo Palon akan tampil memimpin kejayaan Nusantara dan bumi selatan yang berpenduduk bangsa kulit berwarna. Sedangkan bangsa kulit putih dan bangsa berkulit kuning bukan menjadi urusan beliau. Demikian ucapan Sabdo Palon tatkala muncul pertama kali setelah menghilang selama limaratus tahun sejak runtuhnya Majapahit.
Sesuai ramalan Jayabaya bersinggungan munculnya sang ratu adil alias satrio piningit dan juga sesuai ucapan Sabdo Palon di atas dengan sendirinya kedua tokoh pemimpin Nusantara tersebut adalah dwi-tunggal satu sama lain saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Tugas atau peran Sabdo Palon ialah mengadakan "fit and propher test" terhadap satrio piningit. Sejak pertama muncul Sabdo Palon sudah menyediakan kursi singgasana kosong, dan barang siapa sanggup duduk di atasnya maka dialah yang akan diangkat sebagai raja. Sebagai gambaran struktur negara modern Sabdo Palon akan berperan sebagai "yudikatif" sekaligus "legislatif", Satrio Piningit memegang tampuk pemerintahan "eksekutif".
Sabdo Palon memang telah muncul akan tetapi Satrio Piningit belum ada atau belum maju ke hadapan Sabdo Palon. Mengapa? Satrio Piningit belum menerima wahyu Illahi atau pulung gaib wahyu keprabon karena memang belum tiba saat yang tepat. Kapan dan di mana keberadaan Sabdo Palon dan calon Satrio Piningit memang belum ditemukan selama mereka belum muncul karena sebab besar atau goro-goro besar belum terjadi. Dalam teori revolusi mbah karl marx dan mbah lenin, "pimpinan akan muncul tatkala segenap rakyat sudah siap untuk mengadakan revolusi." Pemimpin revolusi tidak akan mengumumkan kapan memulai suatu revolusi, rakyatlah yang merasa kehidupannya keterlaluan menyengsarakan dan tidak lagi mempercayai negara. Tatkala itulah seorang pemimpin tampil maju ke depan untuk memimpin rakyat yang sudah matang hendak berevolusi.
Berikut ini bait-bait yang menggambarkan kemunculan satrio piningit yang dilontarkan oleh Sang Prabu Sri Aji Jayabaya dari Kediri pada abad kesebelas masehi:
Kelak menjelang tutup tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu. Akan muncul dewa turun ke bumi yang berwujud seorang manusia (satrio piningit).
Ramalan Jayabaya "jaman Kalasuba"
5
5
1998 Orde Baru jatuh, bersamaan pula saat itu periode jaman kalabendu atau kolobendu memasuki awal babak akhir, dan bersamaan dengan datangnya milenium ketiga yang sudah di ambang pintu. Agama Islam yang sudah bertahan selama limabelas abad itu konon akan tetap berjaya hingga akhir jaman yakni sampai hari kiamat, kini sedang menghadapi masalah dengan negara adidaya Amerika Serikat yang sedang memburu teroris garis keras dan fundamentalis Islam, berarti juga sama-sama sedang memasuki babak akhir jaman kolobendu seperti yang diramalkan oleh sang prabu Jayabaya yang hidup seribu tahun yang silam.
Pertanyaan yang selalu mengusik siapa pun ialah kapankah babak akhir jaman kolobendu itu? Menurut sang prabu dari kerajaan Kediri itu, "Di jaman kalabendu manusia Nusantara akan selamat jika selalu mawas diri dan tidak sekali-sekali meremehkan orang yang membela kebenaran bagaikan manusia-dewa." Sedangkan waktu yang tepat berakhirnya kolobendu sampai awal datangnya jaman kalasuba ialah berbeda-beda prosesnya dalam masing-masing bidang.
iki dalan kanggo sing eling lan waspada
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa
Kolobendu bisa berarti jaman antitesis yakni tesis-tesis memasuki fase siklus selanjutnya, antitesis atau pertarungan atau pertempuran dalam segala hal, sehingga jaman kolobendu berarti jaman pertarungan dalam segala bidang, pertarungan antarnegara, persaingan kekuatan militer, pertempuran ilmu pengetahuan dan filsafat, pertempuran budaya, pertempuran ekonomi, pertarungan ideologi, pertikaian umat beragama, pertempuran kelas sosial, persaingan mode, dan seterusnya. Kelak setelah berlalunya jaman antitesis atau jaman kolobendu akan memasuki jaman kesempurnaan atau jaman sintesis yang disebut oleh sang prabu Jayabaya sebagai jaman kolosubo atau kalasuba.
Jaman kesempurnaan dalam soal lingkungan hidup itu bisa digambarkan kelak setelah minyak bumi habis dan bahan bakar ramah lingkungan berhasil ditemukan umat manusia, sehingga polusi dunia mencapai angka nol. Juga di sektor industri ditemukan bahan-bahan yang ramah lingkungan, sampai pengelolaan sampah nuklir berhasil dikelola dengan baik. Dan seterusnya, juga di bidang lainnya mencapai kesempurnaan.
Jadinya wajar-wajar saja sekarang ini di Nusantara terjadi gonjang-ganjing yang parah tatkala memasuki akhir jaman kolobendu. Nusantara adalah pusat atau punjer atau pancer dunia dari mana segala peristiwa di jagad bumi manusia berawal dan berakhir, juga hal lainnya selalu terpicu dari tempat ini.
Kolonialisme mulai dikibarkan oleh bangsa kulit putih pada abad kelimabelas karena dipicu untuk memburu rempah-rempah yang berasal dari Nusantara langsung dari sumbernya. Pada awal milenium ketiga perburuan terorisme Islam fundamentalis dan garis keras yang dicanangkan Amerika Serikat sejak gedung kembar di jantung Amerika diruntuhkan pada 2001 juga karena penduduk Nusantara merupakan muslim terbesar di jagad raya.
Nusantara yang dipimpin Perdana Menteri sosialis-komunis Amir
Sjarifoeddin pada masa awal kemerdekaan juga memicu Amerika Serikat
masuk lumpur hitam kekalahan besar pada perang Asia Timur: Perang Korea,
Perang Vietnam/Indocina untuk melenyapkan negeri sosialis-komunis.
Nusantara dan Tiongkok bagaikan dua sisi mata uang wajah dunia sejak masa silam. Kebudayaan romawi-yunani tidak pernah berjaya di lautan dibandingkan Majapahit dan Tiongkok. Andaikata Romawi maupun kekalifahan Islam jaya di lautan maka mereka sudah menguasai dunia tanpa halangan apapun.
Nusantara dan Tiongkok bagaikan dua sisi mata uang wajah dunia sejak masa silam. Kebudayaan romawi-yunani tidak pernah berjaya di lautan dibandingkan Majapahit dan Tiongkok. Andaikata Romawi maupun kekalifahan Islam jaya di lautan maka mereka sudah menguasai dunia tanpa halangan apapun.
****
Ramalan Jayabaya "Satrio Piningit"
6
6
Pasca goro-goro besar melanda planet bumi (antara lain terjadi kiamat bumi, perang besar, perang dunia, serangan jatuhnya benda angkasa, bencana alam terus-menerus) dan pulihnya jagad bumi manusia seperti sediakala menjadi normal kembali maka ratu adil alias satrio piningit alias satrio pinandito sinisihan wahyu didampingi titisan atau reinkarnasi terbaru Sabdo Palon akan tampil memimpin kejayaan Nusantara dan bumi selatan yang berpenduduk bangsa kulit berwarna. Sedangkan bangsa kulit putih dan bangsa berkulit kuning bukan menjadi urusan beliau. Demikian ucapan Sabdo Palon tatkala muncul pertama kali setelah menghilang selama limaratus tahun sejak runtuhnya Majapahit.
Sesuai ramalan Jayabaya bersinggungan munculnya sang ratu adil alias satrio piningit dan juga sesuai ucapan Sabdo Palon di atas dengan sendirinya kedua tokoh pemimpin Nusantara tersebut adalah dwi-tunggal satu sama lain saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Tugas atau peran Sabdo Palon ialah mengadakan "fit and propher test" terhadap satrio piningit. Sejak pertama muncul Sabdo Palon sudah menyediakan kursi singgasana kosong, dan barang siapa sanggup duduk di atasnya maka dialah yang akan diangkat sebagai raja. Sebagai gambaran struktur negara modern Sabdo Palon akan berperan sebagai "yudikatif" sekaligus "legislatif", Satrio Piningit memegang tampuk pemerintahan "eksekutif".
Sabdo Palon memang telah muncul akan tetapi Satrio Piningit belum ada atau belum maju ke hadapan Sabdo Palon. Mengapa? Satrio Piningit belum menerima wahyu Illahi atau pulung gaib wahyu keprabon karena memang belum tiba saat yang tepat. Kapan dan di mana keberadaan Sabdo Palon dan calon Satrio Piningit memang belum ditemukan selama mereka belum muncul karena sebab besar atau goro-goro besar belum terjadi. Dalam teori revolusi mbah karl marx dan mbah lenin, "pimpinan akan muncul tatkala segenap rakyat sudah siap untuk mengadakan revolusi." Pemimpin revolusi tidak akan mengumumkan kapan memulai suatu revolusi, rakyatlah yang merasa kehidupannya keterlaluan menyengsarakan dan tidak lagi mempercayai negara. Tatkala itulah seorang pemimpin tampil maju ke depan untuk memimpin rakyat yang sudah matang hendak berevolusi.
Berikut ini bait-bait yang menggambarkan kemunculan satrio piningit yang dilontarkan oleh Sang Prabu Sri Aji Jayabaya dari Kediri pada abad kesebelas masehi:
selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
Kelak menjelang tutup tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu. Akan muncul dewa turun ke bumi yang berwujud seorang manusia (satrio piningit).
****
Ramalan Jayabaya "negarane ambane saprawolon"
7
7
Bangsa Jawa
yang paling toleran di Nusantara dalam sumpah pemuda 1928 tidak mau
menuntut Bahasa Jawa sebagai bahasa persatuan. Padahal lebih dari
limapuluh prosen penduduk Nusantara menggunakan bahasa Jawa. Mengapa?
Itulah kelebihan bangsa Jawa dalam soal toleransi. Walaupun demikian
bangsa lainnya di Nusantara sering mengejek bangsa Jawa sebagai bangsa
anu, ini, dan itu.
Satu-satunya kerajaan bangsa Jawa yang cukup eksis hingga awal
milenium ketiga dalam negara kesatuan Republik Indonesia ialah Kerajaan
Ngayogyokarto Hadiningrat atau Kasultanan Yogyakarta. Hal itu sudah
diprediksi oleh Sang nujum masyhur Jayabaya dengan syairnya sebagai
berikut:
Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit
Negarane ambane saprawolon
Tukang mangan suap saya ndadra
Wong jahat ditampa
Wong jahat ditampa
Wong suci dibenci
Timah dianggep perak
Emas diarani tembaga
Suatu
masa kelak ada seorang raja yang berkharisma dan memiliki prajurit
akan tetapi wilayahnya cuma seperdelapan bagian saja. Gambaran jaman di
masa itu terjadi suap-menyuap besar-besaran dalam segala bidang.
Orang yang berwatak jahat diterima di mana-mana dan orang yang jujur
malah dibenci semua orang. Timah yang putih mengkilap dianggap perak,
sebaliknya emas yang berkilauan dan berharga tampak cuma dinilai
sebatas tembaga.
Kasultanan
Yogyakarta yang sekarang ini dalam hal luas wilayahnya sudah demikian
persis sama sejak masa kolonial Belanda yakni pada 1755, saat itu
ditandatangi perjanjian Gianti oleh pihak kolonial dan pihak keraton
Ngayogyokarto Hadiningrat. Dan luas wilayah provinsi Yogyakarta itu
dibandingkan luas Pulau Jawa secara keseluruhan maka didapatkan angka
satu banding delapan atau luas Yogyakarta saprowolon Pulau Jawa, dengan
demikian ramalan Jayabaya sudah terbukti untuk kesekian kalinya.
Jasa keraton Yogyakarta di masa proklamasi kemerdekaan dan pada masa
mempertahankan kemerdekaan tidak perlu diragukan lagi mendukung penuh
Republik Indonesia yang masih bayi merah.
Kembali pada toleransi bangsa Jawa yang sangat luarbiasa, hal
demikian juga dilakukan oleh Kasultanan Yogyakarta dalam mendukung
Republik Indonesia sampai hari ini. Bahkan demi toleransi yang itu
juga prajurit Kasultanan Yogyakarta yang bersenjata tua dan juga
personilnya sudah pada berusia lanjut dan tidak dilakukan regenerasi
lagi. Itulah lambang budaya wujud kesetiaan Kasultanan terhadap NKRI,
dan untuk itu bangsa Jawa tidak pernah merasa perlu minta dihargai
oleh bangsa lain di Nusantara.
****
Ramalan Jayabaya "Kiamat 2022"
8
8
Sri Aji
Jayabaya sejak masih dalam kandungan sudah mempersatukan dua kerajaan
menjadi Kediri, Jayabaya buah hati daripada kisah Romeo dan Juliet
dari Tanah Jawa antara Putra Mahkota Jenggala dan Daha yakni Raden
Panji (Inu Kertapati) dan Dewi Sekartaji. Semasa Jayabaya marak
sebagai Raja Kediri, wilayah kekuasaan dan pengaruhnya meliputi separoh
Nusantara. Pada masa itu juga kebudayaan Jawa mencapai puncaknya di
bidang sastra dan seni. Kitab-kitab dari Mahabarata dan Ramayana
diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno.
Sri Aji Jayabaya juga seorang nujum masyhur yang diakui selama
berabad-abad. Dan salah satu yang dianggap tidak masuk akal karena belum
terbukti kebenarannya ialah prediksi mengenai hari kiamat pada tahun
2100 atau 2022 Masehi. Sejak Tanah Jawa diisi oleh manusia untuk
kedua kalinya maka selama 700 tahun pertama, 700 tahun kedua, dan 700
tahun ketiga akan mengalami jaman-jaman berbeda tiap seratus tahun.
Jaman Kalabendu, jaman Kalasuba, dan seterusnya akan berakhir pada 2022
dan terjadilah kiamat atau pergantian jaman baru yang berbeda
dibandingkan 2100 tahun sebelumnya. Setelah hari akhir atau kiamat atau
ganti jaman baru itu maka Pulau Jawa akan diisi manusia untuk ketiga
kalinya.
Kalender Suku Maya di Amerika Latin juga akan berakhir pada Desember
2012, dan di sana pun akan terjadi kiamat, pemurnian bumi, atau
memasuki jaman baru. Juga di Eropah menurut Nostradamus akan mengalami
hal yang sama. Lain Eropa, lain Amerika Latin, dan lain pula Pulau
Jawa. Masing-masing ketiga tempat tersebut mengalami jaman baru di
waktu yang berbeda, dan karena berbeda maka yang terjadi bukanlah
kiamat besar-besaran.
Hari Kiamat besar-besaran menurut ilmu pengetahuan modern akan
terjadi jika bahan bakar nuklir energi matahari habis, dan telah
dihitung para ahli akan habis puluhan milyar tahun lagi. Lain lagi
dengan perhitungan Nasa (badan antariksa Amerika Serikat) bahwa kiamat
tidak besar terdekat ialah saat terjadinya badai matahari pada
2090-an atau pun terjadinya hujan meteor sekitar tahun 2050-an. Badai
Matahari dan hujan meteor memiliki dampak negatif pada kehidupan di
bumi dalam prosentasi sekitar 0,001 %.
Global warming atau pemanasan global akibat industrialisasi dan
penggunaan bahan bakar fosil bisa jadi mengubah sama sekali segala macam
prediksi alamiah datangnya hari kiamat di atas. Akibat ulah manusia
yang asyik dengan teknologi modern dan pengetahuan super modern itu
maka datangnya hari kiamat bisa saja setiap waktu dan setiap tempat
akan terjadi kiamat masing-masing. Cuaca berubah menjadi ekstrim dan
terjadinya bencana alam akibat habisnya hutan-hutan di bumi. Usaha yang
dilakukan oleh segala macam badan dunia mulai dari PBB hingga Green
Peace tampak jelas tidak akan mampu menghentikan global warming itu
sendiri, hingga kelak terjadinya kiamat bumi, yang otomatis akan
menghentikan segala ulah manusia dan juga memulihkan keadaan menjadi
seperti sediakala kembali.
****
Ramalan Jayabaya, "Hancurnya Bhinneka Tunggal Ika!"
9
9
Sejak Majapahit, persatuan atau kesatuan dalam perbedaan (Bhinneka Tunggal Ika, Unity in Diversity)
yang ditujukan bagi kerukunan umat beragama antara Syiwa dan Buddha
dicetuskan oleh pujangga masyhur Mpu Tantular di masa maraknya Hayam
Wuruk pada pertengahan abad keempat belas. Puncak kejayaan Majapahit di
masa itu dapat terjadi setelah takluknya para pembangkang Ronggolawe,
Sora, dan lainnya.
Suasana kerajaan begitu damai, dua agama sekaligus menjadi agama
Negara Majapahit yakni Syiwa dan Buddha. Pejabat tinggi atau pendeta
yang termulia di seluruh kerajaan duduk sama derajat dalam melaksanakan
segala kehidupan bernegara mulai pendidikan agama hingga soal
pengangkatan pegawai dari masing-masing agama. Syiwa dan Buddha duduk
sama rendah dan berdiri sama tinggi secara fungsional maupun strukturan
dalam koridor Negara Majapahit. Bahkan dalam upacara kenegaraan selalu
diikutsertakan di antara kedua agama.
Sebaliknya yang terjadi di masa Orde Baru yang juga ikut-ikutan
menggunakan Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara yang dililitkan
dan dicengkeram oleh burung Garuda. Di masa Orde Baru terdapat lima
agama yang diakui oleh negara. Akan tetapi cuma satu agama saja yang
selalu mendapatkan porsi lebih bahkan memonopoli penyelenggaraan upacara
kenegaraan yakni agama "Mohammedan". Bahkan agama yang dijadikan anak
emas ini diberi kekuasaan yang mirip dengan negara dalam negara. Di
seluruh dunia yang pararel dengan masa Orde Baru berlangsung tidak
terdapat satu negara pun yang memiliki departemen agama.
Persatuan dan kesatuan yang didengungkan oleh rejim Orde Baru memang
kelewatan batas. Sampai-sampai berpikir pun harus seragam terutama
dalam bidang politik. Barang siapa berbeda segi pandangan politik
dengan penguasa maka akan dapat hadiah "antek PKI", "GPK", "OTB", dan
lain-lainnya. Itu hanya sekadar contoh kecil saja untuk melanggengkan
kekuasaan rejim Orde Baru. Tumbangnya atau lengsernya penguasa
tertinggi Orde Baru memang tidak mengubah watak kekuasaan aparat di
bawahnya yang terus memegang kekuasaan hingga hari ini. Yakni
kendaraan politik Orde Baru sampai hari ini masih tetap eksis dan
terus berusaha mengembalikan jaman keemasan masa lalu. Di sisi lain
rakyat yang merasa tertekan selama puluhan tahun merasakan udara bebas
bersuara lain dan berbuat lain. Bahkan bisa memilih sendiri
pemimpinnya mulai dari lurah hingga presiden, walaupun dalam sistem
pemilihan umum tersebut belumlah sempurna.
Untuk menjaga kelestarian dan persatuan negeri jajahan seberang
lautan Hindia-Belanda, salah satu yang dipelajari oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk membikin Pribumi tetap dapat diatur dan dikuasai
kehidupannya ialah bagaimana mengendalikan "amuk" sendiri-sendiri dan
"amuk massa". Para sarjana Belanda mengambil kesimpulan bahwa energi
berlebih yang dapat muncul tatkala sedang amuk atau kesurupan adalah
sisa-sisa kekuatan primitif dari kegelapan. Untuk itulah dalam membentuk
pasukan militer pribumi dipilihlah orang-orang yang kalem untuk
menghadapi pribumi lain yang punya kekuatan amuk. Dan sukseslah Belanda
dengan cara demikian. Karena orang-orang kalem dari daerah tertentu di
Jawa itu dapat tetap tenang menghadapi musuh yang begitu ganas.
Sehingga mereka menguasai keadaan dan posisinya dengan baik.
Amuk massa yang tercetus menjadi pemberontakan rakyat Aceh Merdeka,
Papua Merdeka, dan lainnya yang ditambahi dengan terorisme dan
perkelahian umat beragama "dapat diduga, bisa tidak bisa, langsung
maupun tidak langsung" adalah akibat dari sistem Orde Baru yang otoriter
dan kejam terhadap lawan politiknya, maupun siapa saja yang bersuara
lain dari simfoni yang digelar Orde Baru. Buah perbuatan mereka yang
buruk cara menanamnya kini mengalami panen besar. Segala keributan pun
muncul tanpa dapat diselesaikan dengan cara apapun. Dan semakin meriah
ditingkahi dengan bencana alam maupun bencana akibat ulah segelintir
orang. Dan ujung-ujungnya akan mengancam Bhinneka Tunggal Ika yang itu
juga.
Ramalan Jayabaya mengenai kehancuran persatuan dan kesatuan keluarga,
sahabat, yang akan berimbas pada negara Nusantara telah ditulis dalam
bait sebagai berikut pada abad kesebelas masehi.
Akeh bapa lali anak
Akeh anak wani nglawan ibu
Nantang bapa
Sedulur padha cidra
Kulawarga padha curiga
Kanca dadi mungsuh
Akeh manungsa lali asale
Para
bapak menelantarkan anak, anak-anak berani melawan ibunya sendiri dan
juga berani menantang sang bapaknya sendiri. Sanak-saudara saling
bermusuhan, sesama anggota masyarakat satu sama lain saling curiga
mencurigai. Kawan menjadi musuh dalam selimut. Manusia sudah banyak yang
melupakan asal-usulnya masing-masing.
****
Ramalan Jayabaya "tentang agama"
10
10
Agama akeh sing nantang. Prikamanungsan saya ilang.
Ora ngendahake hukum Tuhan. Agama ditantang.
Akeh wong angkara murka. Nggedhekake duraka.
Ukum agama dilanggar.
(Sri Aji Jayabaya, abad keduabelas masehi [1100-an])
Agama
ditentang oleh berbagai pihak yang punya kepentingan tertentu, rasa
perikemanusiaam pihak yang demikian semakin lama semakin tipis, mereka
tidak lagi mematuhi aturan agama Tuhan. Agama diadu dengan agama. Pihak
tertentu melakukan angkara murka, dan menambahi perbuatan durhaka.
Aturan agama dilanggar terus.
Nujum abad kesebelas Sri Aji Jayabaya sudah memprediksi kerusakan
segala bidang segi kehidupan termasuk tentang agama. Seirama dengan
wolak-walik ing jaman maka agama tidak luput pula dilanda jaman
terbalik-balik atau jaman edan. Jadi wajar saja jika terjadi segala
keanehan perilaku yang menyimpang mengatasnamakan kelompok, ormas,
ataupun pembela agama tertentu melakukan tindakan anarki dan kejam serta
biadap terhadap sesama umat beragama lain terlepas dari umat yang
dijadikan sasaran itu menganut agama yang benar atau pun salah.
Kaum marxist sudah mengelompokkan segala macam mazhab filsafat yang
ada di dunia ini ke dalam dua kubu besar. Kubu idealis yang secara awam
bisa seperti ini contohnya, "pada abad kelimabesas umat manusia
berfikir mengenai kapal laut yang dapat bergerak di udara. Mereka
merancang dalam pikiran kira-kira seperti apa benda terbang tersebut.
Pada tiga abad sejak itu pesawat udara benar-benar berhasil dibikin
oleh umat manusia." Ide tentang pesawat mendahului pesawat udarang
sungguhan. Segala sesuatu bermula dan berasal dari ide. Ide lah yang
menjadi awal segalanya. Demikian pandangan kaum idealis.
Filsafat materialis yang menjadi pisau analisa kaum marxist, secara
awam contohnya seperti ini, "Matahari dalam sistem tata surya kita itu
sudah ada lebih dulu dibandingkan kehadiran manusia di bumi, maka dalam
memandang matahari sebagai sebuah materi, yang dapat dilihat dan
dirasakan oleh perasaan manusia dan dapat dipikirkan seperti apa
sesungguhnya matahari. Matahari yang nyata itu lebih dulu ada daripada
ide dalam kepala manusia, dan dari sini digenalisir berdasarkan hukum
kekekalan zat, bahwa materi ada lebih dulu daripada ide dalam kepala
manusia."
Sekadar contoh kecil di atas memang tidak menjelaskan dengan pantas
mengenai dua kubu filsafat di atas, untuk mengerti lebih lanjut bacalah
buku sangat tebal yang mengupas hal itu.
Pertarungan sesama kaum idealis dalam kubu mereka sendiri memang tidak
terbatas atau terikat dalam ruang dan waktu, karena ide tidak
terbatas, dengan demikian dapat berlangsung terus menerus mengiringi
kehidupan di bumi manusia.
Kaum materialis yang cinta damai tentu terheran-heran dan tidak habis
pikir mengapa ada sebagian ulah manusia yang menjadi khalifah di bumi
menjelang abad keduapuluh satu ini masih bertingkah anarki serupa di
jaman jahiliyah.
****
****
Ramalan Jayabaya, "Korupsi"
11
11
Sistem parlementer semasa Orde Lama yang efektif berjalan sejak Pemilu pertama 1955, dan pemenang yang tampil menjadi empat partai besar: PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Maka tensi pertarungan antarparpol semakin memuncak dan inilah era demokrasi liberal. Persaingan antarparpol sejak 1945 membawa Republik Indonesia ke arah persaingan kekuasaan dan kekuatan partai politik yang tidak sehat. Kronologisnya dimulai dari dengan adanya Maklumat X Hatta, "Silakan bentuk partai-partai politik", merupakan awal berlangsunnya kehidupan sistem liberal/parlementer. Dan selanjutnya sistem multipartai ini diakhiri oleh Presiden Soekarno dengan Dekrit 5 Juli 1959, sejak itu era demokrasi terpimpin konsep Angkatan Darat mulai berlaku dan baru berakhir berakhir pada 1998. PKI sebagai sebuah partai telah tersingkir dari panggung sejarah sejak terjadi peristiwa pada 1965. Maka kekuatan peta politik yang tersisa menurut Clifford Gertz (Religion of Java, 1960) dan Frans Husken (Sebuah desa di Jawa), Golongan Santri dan Abangan, di samping minoritas lainnya.
Seorang nujum yang hidup pada abad kesebelas Prabu Sri Aji Jayabaya sudah menulis syair yang menggambarkan era demokrasi liberal atau parlementer ini, aparat negara, dan juga masalah korupsi yang terus menerus terjadi sejak Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, dan polah tingkah wakil rakyat di latar belakang panggung kekuasaan politik. Padahal kita semua tahu sistem tatanegara semasa Jayabaya memerintah Kediri, jaman itu sistem kekeluargaan dan gotong-royong masih sangat kuat. Berikut ini ramalan masa depan oleh Jayabaya mengenai korupsi dan sistem politik:
Korupsi dapat dilakukan sambil duduk di belakang meja, memanfaatkan jabatan dengan jadi calo di dalam departemen sendiri. Para pengusaha yang memanfaatkan jasa calo elite ini berani menantang pemerintah yang syah dengan memutarbalikkan fakta bahwa calo suruhannya menjadi kambing hitam untuk melawan negara. Para pengemplang upeti negara ini kompak satu sama lain dan ditingkahi para koruptor lain yang solider dengan sesamanya. Kekuatan para koruptor itu bahkan setingkat mafioso dari Italia merambah gedung dewan rakyat yang terhormat. Di sana siapa saja yang suaranya paling lantang dan keras dia akan mendapat pengaruh dan menentukan arah pengambilan keputusan.
Maling lungguh wetenge mblenduk.
Maling wani nantang sing duwe omah.
Begal pada ndhugal.
Rampok padha keplok-keplok.
Akeh wong dakwa dinakwa.
Sing suwarane seru oleh pengaruh.
Santri vs Abangan minus komunis di tahun 2011 ini tentu tidak akan berlanjut atau menghasilkan demokrasi terpimpin versi baru, baik versi Soekarno maupun versi Angkatan Darat. Juga tidak mungkin menghasilkan sistem gotong-royong yang merupakan produk asli bangsa Nusantara. Yang bakal terjadi ialah menurunnya kinerja pemerintahan karena banyaknya gangguan-gangguan dari partai oposisi. Dan juga terjadinya tindak pidana korupusi yang semakin membudaya. Di samping itu pemerintahan yang kuat tentu tidak disukai oleh negeri adidaya maupun para negara tetangga yang suka mencuri pulau, maupun yang suka mencuri SDM. Dan kepentingan negara adidaya dan negara tetangga sebenarnya seiring dan sejalan dengan para koruptor yakni tetap berputarnya modal mereka di sini, kalau bisa tanpa membayar pajak sesen pun kepada negara.
****
Ramalan Jayabaya, "Bangsa Tionghoa"
12
12
Sejak
masa silam Negeri Tiongkok dikenal memiliki kebudayaan tua sekaligus
tinggi di antara bangsa di dunia, bangsa Mesir, Mesopotamia, dan bangsa
Lembah Indus. Rasulullah Muhammad s.a.w. bersabda, "Tuntutlah ilmu
sampai ke negeri Tiongkok." Hingga kini, di awal abad keduapuluh satu,
Tiongkok telah memilih dengan mantap menjadi negeri Komunis yang
konsisten menjalankan diktatur proletariat warisan V.I. Lenin. Tentu
saja doktrin itu disesuaikan dengan perkembangan jaman dengan
menambahkan doktrin lain yang mencerminkan dinamika sistem komunis yang
sesuai jamannya.
Menurut kajian ilmiah para sejarahwan modern, manusia Nusantara
beserta kebudayaannya berasal dari Indochina. Itu berarti bukan hanya
bangsa Indochina yang bermigrasi ke Nusantara akan tetapi juga bangsa
Tionghoa kuno.
Dengan latar belakang semacam itulah tidak mengherankan bahwa peranan
bangsa Tionghoa sangat signifikan dan penting, juga dominan, dalam
menentukan kejayaan maupun keruntuhan negeri Nusantara sejak masa silam,
baik dalam soal perbuatan yang baik maupun dalam soal yang tidak baik
alias jahat. Jangan lupa dengan peran satu orang dengan seribu nama:
Sam Po Toa Lang, Sam Po Kong, atau Ma San Pao, Cheng Ho, Dampo Awang
dalam memasukkan ajaran Islam sekaligus mendirikan kerajaan Islam
pertama di Jawa, tentu saja setelah berhasil menggusur kerajaan
Syiwa-Buddha di Jawa. Di bidang ekonomi mereka sangat jaya, mulai dari
sektor pedagang perantara satu, dua, dan tiga alias pedangang besar.
Kebaikan dan kejahatan bangsa Tionghoa tentu setua kebudayaan mereka.
Yang baik kalau bicara soal pengusaha raksasa kadang dinamai
konglomerat putih dan yang sebaliknya dinamai konglomerat hitam. Dua
jenis ini kadang juga saling bertarung adu kekuatan demi memajukan
bisnis mereka, kekuatan baik dan tidak baik. Dalam dunia politik tentu
pengaruh mereka sesuai dengan pedalaman mereka sendiri yakni
pertarungan di antara mereka yang pro Tiongkok Daratan melawan mereka
yang pro Taiwan. Oleh sebab itu bagi non-Tionghoa jangan hantam kromo
dan gebyah uyah bahwa bangsa Tionghoa di Nusantara itu bersatu padu,
mereka juga punya pilihan masing-masing sesuai kebutuhan dan
kehidupannya sendiri.
Maka tidaklah mengherankan bahwa Prabu Sri Aji Jayabaya dari abad
kesebelas sudah meramalkan tentang bangsa Tionghoa jahat sebagai
berikut:
cina alang-alang keplantrang dibandhem nggendring
melu Jawa sing padha eling
sing tan eling miling-miling
mlayu-mlayu kaya maling kena tuding
eling mulih padha manjing
Bangsa Tionghoa tetap berusaha berpindah-pindah akan tetapi dalam koridor wilayah Nusantara jika dalam keadaan darurat. Mereka yang tersadar terhadap kesalahan sendiri berusaha mendekati orang Jawa (penduduk setempat). Mereka yang tidak mau sadar akan kesalahan terus merasa was-was bak seorang pencuri yang tertangkap basah, kemudian hidup dalam pelarian dengan cara berpindah-pindah tempat tinggal. Mereka (bangsa Tionghoa) yang tidak bersalah apapun dan memutuskan tetap tinggal di tempat, akhirnya dibenci oleh penduduk sekitarnya.
melu Jawa sing padha eling
sing tan eling miling-miling
mlayu-mlayu kaya maling kena tuding
eling mulih padha manjing
Bangsa Tionghoa tetap berusaha berpindah-pindah akan tetapi dalam koridor wilayah Nusantara jika dalam keadaan darurat. Mereka yang tersadar terhadap kesalahan sendiri berusaha mendekati orang Jawa (penduduk setempat). Mereka yang tidak mau sadar akan kesalahan terus merasa was-was bak seorang pencuri yang tertangkap basah, kemudian hidup dalam pelarian dengan cara berpindah-pindah tempat tinggal. Mereka (bangsa Tionghoa) yang tidak bersalah apapun dan memutuskan tetap tinggal di tempat, akhirnya dibenci oleh penduduk sekitarnya.
Ramalan Jayabaya "Perang Dalam Negeri Nusantara"
13
13
Dalam
perang paregreg pertama di masa Majapahit berakhir dengan runtuhnya
Kerajaan Adidaya di bumi Selatan itu sendiri. Selanjutnya dalam perang
paregreg kedua atau perang penghancuran diri pada September 1965,
berakhir dengan perang saudara yang menelan korban lima juta jiwa
penduduk Nusantara, baik dari golongan komunis maupun Soekarnois dan
golongan agama.
Seorang
wartawan asing berkata pada Bung Karno, "Bung, bubarkan saja PKI itu
seperti tuntutan para pengunjuk rasa, agar semuanya beres."
Bung
Karno melotot pada bule itu, dan katanya, "Aku diam saja, sudah
terjadi korban sebanyak itu. Bagaimana jikalau aku bubarkan PKI."
Bung Karno lebih memilih tenggelam seorang diri daripada Indonesia
hancur. Maka tak sekalipun datang komando untuk menumpas para durjana
yang hendak menggulingkannya. Padahal kekuatan di belakang Bung Karno
masih sangat besar.
Paregreg ketiga yang akan terjadi di Nusantara kelak di masa depan
telah digambarkan oleh Sri Aji Jayabaya pada abad kesebelas sebagai
berikut:
Ana peperangan ing njero.
Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham.
Durjana saya ngambra-ambra.
Penjahat saya tambah.
Wong apik saya sengsara.
Akeh wong mati jalaran saka peperangan.
Kelak
di masa depan di dalam negeri Nusantara terjadi perang dahyat,
penyebabnya sepele saja karena terjadinya salah paham di antara para
pemimpin militer dan pemimpin sipil. Selanjutnya dalam suasana kekacauan
itu banyak yang mengail di air keruh: kekejaman penjahat kelas kakap
semakin menjadi-jadi, baik dalam pemerintahan dengan cara melakukan
korupsi besar-besaran maupun penjahat yang berkerah putih/pengusaha
sektor swasta semakin merugikan keuangan negara. Orang yang jujur dan
juga para alim ulama semakin tambah sengsara. Peperangan dalam negeri
Nusantara itu menelan banyak korban di mana-mana.
Paregreg
di Nusantara selalu terjadi akibat pertikaian di kalangan penguasa
sendiri. Kecuali pemberontakan Arok pada 1222 yang murni adalah
perjuangan perang rakyat semesta untuk menggulingkan penguasa yang
dzolim.
****
Ramalan Jayabaya tentang Wanita
14
Ramalan Jayabaya tentang Wanita
14
Wong wadon nganggo pakeyan lanang
Wong wadon ilang kawirangane
Akeh wong wadon ora setya marang bojone
Akeh ibu padha ngedol anake
Akeh wong wadon ngedol awake
Wong wadon nunggang jaran
oleh Sri Aji Jayabaya, abad xii
Syair Jayabaya tersebut memang kenyataannya hari ini adalah terbukti benar-benar sedang terjadi di Nusantara. "Kelak
di masa depan kaum perempuan memakai busana kaum pria, pada saat
itulah kaum hawa mulai kehilangan rasa takut dan juga rasa malu sebagai
perempuan yang dimuliakan dan dihormati keluarganya. Dan juga di masa
depan itu kaum perempuan tidak lagi setia sehidup semati dalam melayari
bahtera rumah tangga laksana Dewi Shinta terhadap Rama. Pada kondisi
demikian itu kelak juga akan terjadi para ibu ada yang tega menjual
darah dagingnya sendiri dengan alasan kemiskinan atau demi mendapatkan
uang. Dan demi uang yang itu juga banyak kaum wanita yang cantik-jelita
mau menjual tubuhnya demi mendapatkan kemewahan hidup tanpa mau
bersusah payah bekerja. Dan di jaman yang demikian itu sudah bukan hal
aneh kaum wanita menyetir kendaraan bermotor di jalan raya."
Syair di atas itulah buah karya nujum dari abad kesebelas masehi, Sri
Aji Jayabaya, semuanya meramalkan keburukan yang akan melanda kaum
perempuan di kelak kemudian hari. Akan tetapi ramalan demikian bukan
berarti semua kaum hawa di permukaan bumi adalah buruk. Tidak! Tentu
saja wanita yang mulia dan terhormat lebih banyak jumlahnya daripada
yang buruk, karena jasa kaum perempuanlah manusia dapat terus eksis di
planet bumi.
Rosa Luxemburg, pejuang kiri berasal dari Polandia, dan Joan of Arc
panglima perang dari Prancis, dan tentu saja Raden Ajeng Kartini pelopor
kemajuan wanita di Nusantara yang gemar dan mampu menulis untuk
mengungkapkan pikirannya yang maju dan modern dalam melihat bangsanya
yang tertinggal dalam pendidikan, khususnya kaum perempuan bangsanya.
Kepeloporan Kartini dalam menyejajarkan wanita dan pria dengan alasan
kemampuan wanita tidak kalah dari kaum Adam dalam menyerap ilmu
pengetahuan itu pada akhirnya merupakan perjuangan emansipasi atau
persamaan derajat antar gender berhasil gemilang di Nusantara.
Organisasi wanita yang cukup handal dan progresif Revolusioner paska
perang kemerdekaan ialah Gerwani yang berafiliasi dengan Partai Komunis
Indonesia. Akan tetapi malapetaka yang teramat dahsyat organisasi
wanita di masa Orde Lama itu dihancurkan dengan fitnah keji tiada tara.
Gerwanilah yang menyiksa dengan kejam para Jenderal Angkatan Darat,
yang di kemudian hari ternyata perbuatan itu tidak pernah dilakukan
oleh organisasi wanita tersebut. "Nasi sudah menjadi tinja," kata
Pramoedya. Maka tidak pelak lagi semua pimpinan Gerwani ditangkap dan
disiksa dengan cara tidak bermoral, mulai dari pelecehan ringan hingga
yang berat, dan itu dilakukan oleh organisasi resmi pemerintah yang
konstitusional dan terhormat. Memang dimaklumi terjadi kekejian itu
dalam suasana antikomunis yang luarbiasa pada waktu itu. Yang patut
disayangkan ialah kaum perempuan Nusantara tidak berani lagi membikin
organisasi progresif revolusioner hingga saat ini. Memang telah lahir
pemimpin berkelas akan tetapi pada akhirnya melemah dengan sendirinya
karena kodrat dan kebutuhan hidup serta lingkungan yang terlanjur
berbeda dengan masa lalu.
Konon sejak masa silam, mulai pada abad kesebelas tatkala Sri Aji
Jayabaya memerintah Kediri para leluhur sudah mengajarkan sebagai
berikut, "Ingatlah wahai para raja atau pemimpin
Nusantara, jika kalian mengambil wanita Tiongkok atau ras mongolid
lainnya, yang dijadikan oleh kalian sebagai istri atau pun sekadar selir
atau simpanan. Maka kedudukan dalam pangkat dan jabatan akan menjadi
goyah, hingga jatuh semua kekuasaan yang kalian miliki...!"
Sedikitnya patut dicatat peristiwa yang berhubungan dengan di atas
yakni antaranya Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit mengawini
putri Campa yang berdarah Tiongkok dan kemudian Majapahit meluncur jatuh
menuju kehancuran.
Bung Karno atau Paduka Yang Mulia Presiden Soekarno, Pemimpin Besar
Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia juga memperistri seorang
perempuan berdarah mongoloid dari negeri Sakura bernama baru Ratna Sari
Dewi. Sejarah mencatat bahwa sejak pernikahan itu Bung Karno meluncur
menuju kejatuhannya akibat digulingkan oleh kekuatan dalam negeri yang
bersekongkol dengan asing. Dalam masa penahanannya di wisma Yaso, milik
Ratna Sari Dewi, yang dikemudian hari dirampas oleh Angkatan Darat,
Bung Karno walau sakit parah pada ginjalnya sehingga wajib cuci darah
tidak mendapatkan perawatan semestinya hingga ajal menjemputnya pada
1970. ....
****
Konon kedatangan dewa berbadan manusia itu di planet Bumi kelak itu ada hubungannya dan atau ditandai dengan pergerakan barisan besar "lintang kemukus" selama tujuh hari tujuh malam berasal dari Selatan Khatulistiwa menuju ke Timur. Walau sebenarnya mereka terus bergerak tiada henti tentu saja di pagi hari tatkala sang mentari muncul sampai pada ia tenggelam di petang hari, benda angkasa yang terus bergerak itu tak akan tampak dari permukaan bumi.
Ramalan Jayabaya, Invasi pasukan Alien UFO terhadap Planet Bumi
15
15
Planet
Bumi yang mungil memiliki peran istimewa sebagai penyeimbang tatanan
alam semesta raya. Mengapa? Karena di bumi terdapat sebangsa makhluk
cerdas, yakni manusia, atau homo sapiens. Makhluk cerdas atau
berintelijensi tinggi ini memiliki kodrat berbuat kebaikan sekaligus
kejahatan terhadap planet sendiri. Dengan teknologi atom yang mereka
kuasai, maupun teknologi baru yang lebih ramah lingkungan maka kelak
mereka mampu mengubah benda angkasa yang berukuran beberapa kilometer
persegi sampai sebesar planet menjadi layak huni dan selanjutnya
menguras kekayaan yang berupa bahan tambang penting dan berharga jika
dibawa ke bumi.
Sejauh ilmu pengetahuan yang sampai saat ini berhasil dikuasai maupun
sedang dipelajari oleh para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, bahwa
belum ada bukti apapun yang menunjang ke arah ditemukannya plenet
kembaran bumi, dan juga sosok cerdas lain di alam semesta. Adakah
mereka? Pertanyaan itu semakin sulit dijawab di jaman modern ini, karena
ketatnya disiplin akademis dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
maupun dalam ilmu filsafat.
Berikut ini ada sebuah syair bernuansa ramalan oleh Sri Aji Jayabaya
dari abad kesebelas masehi yang mengisahkan kedatangan armada pasukan
asing ET (extra-terrestrial) dari angkasa luar yang jumlahnya
cukup besar dan diperkirakan menggunakan teknologi yang memanfaatkan
komet yang sudah direkayasa sebagai kapal induk bagi tumpangan
pesawat-pesawat mereka. Tujuan mereka diperkirakan untuk mengembalikan
kedudukan planet bumi manusia yang penting bagi keseimbangan alam
semesta. Barangkali kedatangan mereka itu tatkala sedang terjadi
kekacauan dahsyat.di bumi akibat ulah manusia sendiri dan juga
ditingkahi dengan bencana alam efek samping dan utama daripada global warming (pemanasan global planet Bumi).
sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,
parak esuk bener ilange
bethara surya njumedhul
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,
parak esuk bener ilange
bethara surya njumedhul
Konon kedatangan dewa berbadan manusia itu di planet Bumi kelak itu ada hubungannya dan atau ditandai dengan pergerakan barisan besar "lintang kemukus" selama tujuh hari tujuh malam berasal dari Selatan Khatulistiwa menuju ke Timur. Walau sebenarnya mereka terus bergerak tiada henti tentu saja di pagi hari tatkala sang mentari muncul sampai pada ia tenggelam di petang hari, benda angkasa yang terus bergerak itu tak akan tampak dari permukaan bumi.
****
Suatu masa para calon pemimpin/wakil rakyat membikin janji pada rakyat sewaktu berkampanye, akan tetapi setelah terpilih menjadi pemimpin/wakil rakyat mengingkari janji. Mereka kemudian tidak dipercaya lagi oleh rakyat, maka akan kehilangan kedudukan dan juga kewibawaan. Kelak akan ada gedung pencakar langit yang pada lantai dasarnya dibuat parkir kereta tanpa kuda alias mobil. Manusia terdiri dari kelas penghisap dan kelas yang dihisap. Mereka yang berada dalam posisi penghisap sudah bisa mendapatkan keuntungan daripada usahanya mengolah besi menjadi barang mewah, dan juga kayu gelondongan menjadi barang yang bernilai tinggi/meubel. Mereka merasa menikmati keuntungan tinggi dari usaha tersebut senikmat rasa kue bolu. Akan tetapi manusia yang demikian sibuk itu selalu memikirkan bagaimana mencari keuntungan lebih banyak lagi sehingga bekerja hingga larut malam dan sulit untuk tidur.
Ramalan Jayabaya "Partai yang ingkar janji"
16
16
Kesalahan
fatal yang dibuat oleh golongan kiri yakni kaum sosialis, komunis, dan
demokrat kerakyatan di Nusantara ialah pada masa kabinet Amir
Syarifoeddin sekitar tahun 1947-48 yang mengembalikan mandat kekuasaan
memimpin kabinet Parlementer pertama sejak kemerdekaan kepada Presiden
Soekarno. Hal itu terjadi akibat persetujuan Renville (nama kapal
perang Amerika Serikat) tidak lagi didukung oleh Partai Masjoemi.
Masjoemi atau Masyumi semula mendukung Renville kemudian menentang
persetujuan tersebut dan memelopori mosi tidak percaya kepada Kabinet
Amir Sjarifoeddin yang berasal dari Partai Sosialis.
Amir Sjarifoeddin sang Perdana Menteri yang merasa emosional atas
sikap salah satu partai koalisi tersebut dengan emosional menyerahkan
kekuasaannya tanpa pikir panjang lagi, sehingga akibatnya di kemudian
hari ia menjadi kambing hitam sebagai pemimpin partai kiri/sosialis yang
sangat dibenci oleh Amerika Serikat. Amir dan sepuluh pemimpin PKI
dibunuh oleh penguasa yang menggantikannya. Pengganti kabinet Amir S.
ialah kabinet Mohammad Hatta yang sepenuhnya antikomunis maka didukung
partai Islam dan partai kecil lainnya. Kaum kiri harus disingkirkan dari
kabinet Hatta dengan jalan berbagai rekayasa antara lain ReRa, dan
juga menghijrahkan kekuatan kanan Siliwangi ke daerah basis Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
Ramalan Jayabaya mengenai ratu ora netepi janji ialah partai yang tidak menepati janji.
Partai penguasa dan partai oposisi di masa orde reformasi ini memang
bertindak selalu mengingkari janjinya, apapun yang diucapkan semasa
kampanye ternyata selalu janjinya tidak pernah ditepati. Begitulah watak
siapapun yang berhasil meraih kekuasaan, baik ia seorang aktivis
militan maupun pembela rakyat tertindas lainnya jika telah masuk
lingkaran kekuasaan maka ia tidak akan berani membela rakyat tertindas.
Mengapa? "Itu cuma soal perut," kata Pramoedya Ananta Toer, yang juga
membikin hukum sebagai berikut, "Siapapun yang sudah sukses meraih
kekuasaan atau bahkan cuma menjadi aparat pemerintah, maka jangan
diharapkan lagi ia akan berjuang untuk rakyat yang tertindas!"
Oleh
karena itulah partai yang berkuasa semasa Orde Baru tidak akan pernah
lagi dipercaya oleh rakyat. Karena di belakang hari, walaupun sudah
merasa menjadi partai yang baru, partai yang berbeda ternyata tingkah
polahnya tetap saja mengagungkan Orde Baru yang fasis dan otoriter
seperti juga pemimpin partai berkuasa di belahan dunia lain: Husni
Mubarak, Khadafi, Pinochet, Marcos dan seterusnya sehingga setelah
berkuasa puluhan tahun berturut-turut akhirnya digulingkan oleh rakyat,
walaupun itu dibarengi dengan campur tangan negara adikuasa yang
mengerahkan kekuatan militer dan intelijennya.
Berikut ini adalah bait Sri Aji Jayabaya yang hingga kini dikenal
sebagai nujum yang ampuh berasal dari Kerajaan Kediri yang berkuasa
hampir meliputi dua pertiga wilayah Nusantara pada abad kesebelas
masehi:
ratu ora netepi janji
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu
Suatu masa para calon pemimpin/wakil rakyat membikin janji pada rakyat sewaktu berkampanye, akan tetapi setelah terpilih menjadi pemimpin/wakil rakyat mengingkari janji. Mereka kemudian tidak dipercaya lagi oleh rakyat, maka akan kehilangan kedudukan dan juga kewibawaan. Kelak akan ada gedung pencakar langit yang pada lantai dasarnya dibuat parkir kereta tanpa kuda alias mobil. Manusia terdiri dari kelas penghisap dan kelas yang dihisap. Mereka yang berada dalam posisi penghisap sudah bisa mendapatkan keuntungan daripada usahanya mengolah besi menjadi barang mewah, dan juga kayu gelondongan menjadi barang yang bernilai tinggi/meubel. Mereka merasa menikmati keuntungan tinggi dari usaha tersebut senikmat rasa kue bolu. Akan tetapi manusia yang demikian sibuk itu selalu memikirkan bagaimana mencari keuntungan lebih banyak lagi sehingga bekerja hingga larut malam dan sulit untuk tidur.
***
Dengan payung organisasi kemasyarakatan di bidang keagamaan, adat budaya setempat, partai politik, dan lain sebagainya berhimpunlah kaum pria dalam sekawanan gerombolan bersenjata tumpul dan tajam mengadakan aksi keroyokan terhadap satu atau beberapa orang yang telah diputuskan bersama sebagai patut diserbu atau diobrak-abrik karena telah melanggar norma sosial dan keagamaan. Lain soal apakah perbuatan gerombolan/kelompok itu atas nama kebenaran, aqidah, dan membasmi kemaksiatan. Tindakan anarki keroyokan yang dilakukan kumpulan pria itu menggambarkan bahwa di jaman terbalik dan edan seperti yang dicetuskan Sri Aji Jayabaya pada abad kesebelas adalah lenyapnya jiwa ksatria dalam diri kaum pria masa depan. Menyerang lawan atau yang dianggap musuh yang berkekuatan kecil dan lemah dengan sistem keroyokan -- anak kecil pun tahu -- memang bukan tindakan ksatria yang seharusnya merupakan simbol daripada kaum pria. Dan di jaman terbalik ini juga terdapat seseorang/kelompok yang secara sembunyi meletakkan benda celaka di tempat umum, misalnya bom. Maka lengkaplah main keroyokan dan main belakang itu juga tindakan yang tidak menunjukkan adanya jiwa ksatriaan pada diri orang/kelompok yang sengaja melakukannya.
Ramalan Jayabaya "tentang pria"
17
17
Dengan payung organisasi kemasyarakatan di bidang keagamaan, adat budaya setempat, partai politik, dan lain sebagainya berhimpunlah kaum pria dalam sekawanan gerombolan bersenjata tumpul dan tajam mengadakan aksi keroyokan terhadap satu atau beberapa orang yang telah diputuskan bersama sebagai patut diserbu atau diobrak-abrik karena telah melanggar norma sosial dan keagamaan. Lain soal apakah perbuatan gerombolan/kelompok itu atas nama kebenaran, aqidah, dan membasmi kemaksiatan. Tindakan anarki keroyokan yang dilakukan kumpulan pria itu menggambarkan bahwa di jaman terbalik dan edan seperti yang dicetuskan Sri Aji Jayabaya pada abad kesebelas adalah lenyapnya jiwa ksatria dalam diri kaum pria masa depan. Menyerang lawan atau yang dianggap musuh yang berkekuatan kecil dan lemah dengan sistem keroyokan -- anak kecil pun tahu -- memang bukan tindakan ksatria yang seharusnya merupakan simbol daripada kaum pria. Dan di jaman terbalik ini juga terdapat seseorang/kelompok yang secara sembunyi meletakkan benda celaka di tempat umum, misalnya bom. Maka lengkaplah main keroyokan dan main belakang itu juga tindakan yang tidak menunjukkan adanya jiwa ksatriaan pada diri orang/kelompok yang sengaja melakukannya.
Sistem pengeroyokan di sektor kejahatan juga terjadi, lima lelaki atau
lebih menggarap harta benda korbannya di jalanan yang cuma seorang
saja, kadang malah wanita. Mengapa terjadi kemerosotan moral/jiwa
ksatria pada kaum pria?
Pujangga modern Nusantara yang pernah dinominasikan peraih Nobel mengatakan soal kekalahan berabad kerajaan Nusantara terhadap bangsa Barat, "Laju kemerosotan Nusantara sejak paska keruntuhan Majapahit hingga hari ini tidak dapat ditahan lagi oleh para raja dan ksatria di Nusantara, dan juga angkatan perang mereka tak pernah diuji dan berhasil sekali pun dalam pertempuran menghadapi bangsa lain, karena kekuasaan dan kekuatan mereka tercurah dan tersedot habis di dalam harem....".
Penyebab lainnya ialah tidak ada kurikulumnya untuk diajarkan di sekolah kecuali sekolah militer atau di tempat lainnya bagaimana caranya bersikap ksatria, maka yang terjadi pada kaum pria masa depan ini tepat sebagaimana yang diramalkan oleh Jayabaya sembilan abad yang silam adalah sebagai berikut:
Pujangga modern Nusantara yang pernah dinominasikan peraih Nobel mengatakan soal kekalahan berabad kerajaan Nusantara terhadap bangsa Barat, "Laju kemerosotan Nusantara sejak paska keruntuhan Majapahit hingga hari ini tidak dapat ditahan lagi oleh para raja dan ksatria di Nusantara, dan juga angkatan perang mereka tak pernah diuji dan berhasil sekali pun dalam pertempuran menghadapi bangsa lain, karena kekuasaan dan kekuatan mereka tercurah dan tersedot habis di dalam harem....".
Penyebab lainnya ialah tidak ada kurikulumnya untuk diajarkan di sekolah kecuali sekolah militer atau di tempat lainnya bagaimana caranya bersikap ksatria, maka yang terjadi pada kaum pria masa depan ini tepat sebagaimana yang diramalkan oleh Jayabaya sembilan abad yang silam adalah sebagai berikut:
Wong lanang ilang kaprawirane
Wong lanang linggih plangki
Akeh wong lanang ora duwe bojo
Akeh wong lanang ora duwe bojo
Wong wadon nglamar wong lanang
Kelak
di masa depan pada jaman terbalik maka kaum pria akan kehilangan jiwa
ksatrianya. Tidak seperti di jaman kuno tatkala kaum wanita naik tandu
sedangkan kaum prianya naik kuda, maka di jaman terbalik tersebut kaum
prianya justru menaiki tandu atau menggunakan sopir pribadi untuk
bepergian ke mana-mana. Kaum pria yang telah tidak lagi berjiwa ksatria
itu tidak berani beristri karena takut untuk melamar dan menikah dengan
berbagai alasan: ekonomi, patah hati, tidak sederajat, tidak berani
bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, dan sebagainya. Kelak di masa
depan malahan kaum wanita tidak malu-malu lagi mendahului menyatakan
cintanya kepada pria idaman hatinya. ***
mbah sghriwo