Inilah akibat "perang dagang" AS

Inilah akibat "perang dagang" AS

mbah subowo

Resesi ekonomi dunia akibat pandemi covid-19 ditingkahi Trump yang melancarkan "perang dagang" alias perang tarif bea masuk komoditi impornya dari Tiongkok. Diawali dengan "pembreidelan" Huawei, AS melancarkan perang tarif berbagai produk logam dan sebaliknya negeri tirai bambu mengenakan berbagai tarif atas produk pangan AS.

     Tiongkok menggelepar akibat serangan Trump, dan meningkatkan agresivitas klaim "nine dash line" di perairan Natuna Utara. Akibatnya negeri di Asia Tenggara kalang-kabut meningkatkan alutsista militer di negeri masing-masing. Selanjutnya pertikaian di antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu pun memunculkan "operasi militer terbatas" Rusia atas tetangganya Ukraina.

     Trump turun panggung digantikan Biden. Momen ini peluang bagi Rusia yang merupakan adidaya militer kedua terbesar dunia merasa keamanan negerinya terancam oleh ekspansi Nato mendekat ke parbatasan Rusia, mulai menyerang tetangganya Ukraina. Ukraina merupakan pecahan Soviet Uni nomor dua terbesar dari segi luas wilayah dan kekuatan ekonomi maupun militer.

     Baik Putin maupun Jin Ping belum turun panggung lebih dari satu dekade, mereka semakin kompak dan pede untuk unjuk kekuatan militer masing-masing. Adakah itu tanda kamajuan bakal munculnya kekuatan baru yang mengimbangi AS atau justru akibat dari kemunduran AS? 

     AS tentu merasa sebagai kekuatan militer terbesar dunia, yang kadang menganggap remeh strategi musuhnya. AS boleh jadi terlena akibat kekuatan yang dimilikinya, tanpa perlu untuk mengantisipasi setiap langkah-langkah Rusia dan Tiongkok? 

     Rusia dan Tiongkok menganggap pandemi covid-19 adalah momen tepat untuk unjuk gigi menandingi AS-nya Biden dengan cara masing-masing. Rusia butuh jaminan keamanan, sementara Tiongkok butuh "lebensraun" buat polah kekuatan militernya.

     Sekian untuk sekali ini.

*****