Kegalauan Ratu Majapahit

Kegalauan Ratu Majapahit
mbah Subowo.
1478 Saka. 
Sepagi itu sarapan pagi usai. Di ruang pribadi di istana Wilwatikta sang Ratu bertukar pandang dengan Smodraksa Candra Centini, “Adakah Yang Mulia sedang gundah?” sapa Smodraksa Laksmana yang baru saja diangkat mengepalai seluruh Armada Majapahit.
     “Ya, kekuasaanku tidak berdaya untuk menolak Revisi Amana Gappa pasal rasuah.”
     “Tekanan para kawula Majapahit semakin santer, Yang Mulia,” Centini melanjutkan seraya menjajaki keruwetan yang tengah terjadi pada junjungannya.
     Sri Maharatu Suhita memang sekeras Prabu Hayam Wuruk, namun sikapnya kali ini sulit diterka. Sebenarnya kekuatan apa yang membelenggunya untuk mengeluarkan Perpu Majapahit tentang rasuah. Adakah tekanan dari para pejabat, pengusaha, atau kalangan militer Majapahit sendiri?
     Sri Maharatu memutuskan akan mengikuti dan melihat apa yang bakal terjadi ke depan. Bagi siapapun, ia sendiri bisa diduga dan mudah ditebak jalan pikirannya, “Sri Maharatu selalu mendengarkan kawula Majapahit…. tanpa bercadang.”
     Sri Maharatu terbelenggu oleh balas jasa, balas budi, atau entah apa itu namanya. Kepada siapa? Tentu saja kepada kelompok yang berhasil menyelamatkan Wilwatikta dari serbuan Wirabhumi Adipati Blambangan. Merekalah yang getol membuat Revisi Amana Gappa Majapahit. Para kelompok yang terdiri dari gabungan berbagai elemen Majapahit itu khawatir dengan gencarnya pemberantasan rasuah yang dijalankan oleh adik sendiri daripada Smodraksa Diah Ayu Candra Centhini, Wiraprabha.
     Wiraprabha telah menghukum siapa saja dalam pengadilan rasuah di Pelabuhan Gresik. Pengusaha, pejabat, bahkan kaum militer diseret paksa untuk dihadapkan ke pengadilan rasuah.
     Untuk melawan kekuatan Wiraprabha yang gencar menangkapi para rasuahtor, terlalu sedikit diatur dalam Amana Gappa Majapahit. Kekuatan itu harus dilucuti, demikian seia-sekata seluruh elemen pendukung Sri Maharatu dalam menahan serangan Wirabhumi Blambangan.
     “Satu-satunya jalan ialah kami sendiri yang akan melucuti mereka,” tetak Sri Maharatu.
     “Jadi Yang Mulia akan menerbitkan perpu Majapahit sekaligus memberangus atau lebih tepatnya mengendalikan kekuasaan Wiraprabha,” sahut Smodraksa yang mendampingi Maharatu menghadapi tingkah para komandan Armada Laut Majapahit.
     Sekian untuk sekali ini.
*****