Awas!! Demo besar-besaran perangkap kaum kapitalis, liberalis, dan nekolim
mbah subowo bin sukaris
Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak jaman VOC tetap kaya dengan hasil alam dan sumber daya manusia melimpah ruah. Hingga awal abad keduapuluh satu ini sumber berkat dari anugerah Illahi itu tidak juga menjadi kering.
Oleh sebab itu kaum nekolim, neoliberal, neo-neo lainnya sejak VOC hingga hari ini tetap menjadikan ibu pertiwi sebagai sasaran empuk guna mengeruk kekayaan alam dan sumber daya manusia, serta menjadikan NKRI sebagai pasar besar atas hasil produksi barang konsumtif dari negeri nekolim.
Menyongsong adanya demo besar-besaran di ibukota, semua saja merasa sesuatu.... Memang betul di satu sisi gebyar demo 4 November 2016 bertujuan membela akidah, syariah, dan lainnya dari agama tertentu. Akan tetapi semua itu tidak dilakukan spontan tentu dan pasti ada dalangnya yang bisa jadi adalah "tangan tuhan". Dan tangan-tangan tak kasat mata itu sedemikian rupa hebatnya hingga menjangkau sudut tertentu yang tak pernah terpikirkan secara ilmiah maupun terdeteksi dengan cara lainnya.
Tujuannya jelas tangan-tangan tak kasat mata itu ingin mengadu-domba antara komponen bangsa di negeri ini, dalam hal ini lakon wayang akan diperankan oleh penganut fanatis agama tertentu bersama pemerintah yang sah (DKI Jakarta). Keduanya juga tidak menyadari bahwa mereka sedang "digarap".
Demo adalah alat kaum proletar untuk melawan pemilik modal tempat mereka bekerja dan menggantungkan hidupnya. Demo merupakan pengakuan akan eksisnya suatu wujud demokrasi Barat. Demokrasi asli indonesia adalah "Gotong Royong".
Memprediksi daripada hasil akhir dari demo bisa ditebak, para pendemo menghadapi aparat bersenjata kepanjangan tangan negara (NKRI). Aparat negara yang pegang bedil jelas lebih unggul kekuatan mereka dibandingkan para pendemo, bukan? Mengutip sedikit dari dogma marxisme "kekuatan bersenjata adalah kekuatan yang selalu membela modal, atau kekuatan bersenjata selalu setia untuk menjaga negara cq kaum pemodal. Patut kiranya di sini ditambahi satu lagi kaum bersenjata juga akan melindungi eksistensi dirinya sendiri".
Satu lagi jika alasan dari para pendemo itu wajib merasa "Ghirah" atau perasaan marah, cemburu, dan sebagainya atas tindak tertentu dari kelakuan aparat negara (Ahok). Maka dengan demo itu ada kepentingan mobilisasi massa yang bisa menunjukkan eksistensi mereka dalam ajang pilkada DKI Jakarta beberapa bulan mendatang. Itu pun memang sah-sah saja, bukan?
Kita semua tahu bahwa NKRI bukan lagi negara otoriter, fasis, dan militeristik ala Orde Baru, kekuatan politik yang menjadi komponen bangsa dalam komposisi politik di NKRI jelas tetap memiliki keseimbangan alamiah dalam keadaan apapun. Karena itu tidak mungkin salah satu unsur kekuatan politik bisa menjadi kekuatan dominan di negara NKRI ini.
Meminjam kajian teori Bung Karno, bahwa di NKRI kekuatan yang saling membentuk eksistensi negara berasal dari tiga unsur Nasasos yakni: Nasionalis, Agama, dan Sosialisme. Kami yakin jika ketiga unsur kekuatan politik dengan ideologinya masing-masing akan selalu seimbang secara alamiah sepanjang masa atau selama NKRI masih eksis di dunia ini.
Dalam hitungan hari dua pihak saling berhadapan banteng: pendemo dan aparat. Dua kekuatan politik atau kepentingan kelompok yang memiliki tujuan masing-masing itu akan langsung bertemu di arena -- jalan-jalan ibukota. Mudah-mudahan tetap tertib seperti biasanya dan tidak timbul sesuatu pun yang tidak kita inginkan bersama.
*****.