Ramalan Jayabaya tentang pemimpin pilihan langsung rakyat
mbah Subowo bin Sukaris
Pemilihan langsung (pilsung) oleh rakyat dari bupati hingga presiden yang mulai berlangsung sejak lengsernya Orde Baru berganti Orde Reformasi sudah diramalkan oleh Sri Aji Jayabaya yang hidup sembilan abad yang silam. Kekuatan Orde Baru yang selalu berusaha bangkit kembali (bahaya laten) dari rebahannya memang baru sebagian saja tumbang pada Mei 1998 akan tetapi sebagian besar akar dan batangnya masih kokoh kuat berdiri tegak hingga hari ini. Jika saat ini (2014) muncul perdebatan sengit dan alot dalam dewan perwakilan rakyat NKRI dimotori serta dibenggoli oleh partai-partai lawas penyokong kejayaan Orde Baru yang tidak setuju pilihan langsung oleh rakyat dalam menentukan pemimpin mulai tingkat RT hingga Presiden maka pihak yang demikian berusaha melawan arus perkembangan sejarah kemajuan masyarakat!
Dalam hukum perkembangan sejarah kemajuan masyarakat maka barang siapa mencoba membendung lajunya perkembangan sejarah masyarakat maka ia akan terseret banjir bandang arus sejarah. Setelah terseret dan terombang-ambing maka selanjutnya ia akan kehabisan tenangga hingga tenggelam dalam pusaran waktu dan lenyap untuk selamanya!
Berikut ini bait pamungkas ramalan Sri Aji Jayabaya mengenai pilihan secara langsung oleh rakyat. Dalam suatu pilihan langsung maka rakyatlah yang akan memutuskan dengan memberikan jumlah suara terbanyak bagi siapa pemenang di antara para calon yang tampil dalam pilsung..
para kawula padha suka-suka
marga adiling pangeran wus teka
ratune nyembah kawula
Setiap kali diadakan pemilihan umum baik untuk memilih apa saja mulai dari memilih ketua RT hingga memilih anggota DPRD maka rakyat bersuka ria menyambut pemilihan umum itu.
Mereka merasa itulah salah satu bentuk keadilan dari Yang Kuasa telah tiba.
Coba perhatikan dalam pemilihan umum misalnya pilihan Lurah. Seorang kontestan calon lurah akan mendatangi tiap penduduk untuk sekadar memperkenalkan dirinya sebagai kontestan calon lurah, dan bla-bla-bla. Bahkan tiap penduduk desa diundang makan gratis tiap malam hari selama masa kampanye oleh para kontestan calon lurah yang bersangkutan. Para pemimpin itu (sang bakal calon lurah) benar-benar seolah menyembah rakyat, demi mendapatkan suara mereka dalam bilik pencoblosan nanti.
*****