Ramalan Joyoboyo, "Pulau Jawa terbelah dua"
mbah Subowo bin Sukaris
Sri Aji Joyoboyo raja besar Nusantara yang hidup pada awal abad keduabelas masehi menujumkan bahwa pulau Jawa akan diisi oleh manusia dalam tiga tahapan, atau tiga periode jaman. Periode pertama manusia yang mengisi Pulau Jawa berlangsung selama puluhan bahkan ratusan ribu tahun sejak manusia pertama eksis. Sedangkan periode kedua pulau Jawa akan diisi manusia untuk kedua kalinya berlangsung dalam kurun 2100 tahun. Sedangkan tahap ketiga Pulau Jawa akan berlangsung dalam periode tertentu yang mungkin akan berlangsung kurang dari 2100 tahun atau lebih dari dua milenium lebih seabad.
Pulau Jawa dalam periode pertama masih bersatu dengan Benua Asia, Pulau Sumatera, Kalimantan, Madura, Bali, dan Kep. Nusatenggara. Tatkala periode pertama berakhir masanya bersamaan dengan berakhirnya jaman es atau pleistocene, maka Pulau Jawa akibat naiknya permukaan air laut (mencairnya es di seluruh bumi), mulai memasuki periode jaman kedua. Dalam periode jaman kedua ini Pulau Jawa telah terpisah dari Benua Asia, Pulau Sumatera, Kalimantan, Bali, Madura, dan Kep. Nusatenggara.
Pulau Jawa yang terpisah dari berbagai pulau besar dan kecil itu diramalkan mundur oleh Sri Aji Joyoboyo sebagai "Nugel Tanah Jawa Kaping Sepisan" atau "memisahkan Pulau Jawa untuk pertama kali". Periode berakhirnya jaman es yang mengakibatkan Pulau Jawa "tugel" atau terpisah seperti wujud hari ini akan berlangsung terus dalam kurun 2100 tahun, dan akan kembali "tugel" atau terpisah menjadi dua atau lebih setelah periode dua milenium itu berakhir. Pada masing-masing dari kedua bagian Pulau Jawa akan dibatasi oleh air laut antara Laut Jawa Utara/Lor, dan Laut Kidul/Selatan.
Kapankah pulau Jawa akan terbelah dua? Sesuai hitungan Sri Aji Joyoboyo bahwa periode jaman kedua Pulau Jawa diisi oleh manusia untuk kedua kali berdasarkan hitungan tahun Saka didapatkan angka tahun 2100 Saka atau sama dengan tahun 2178 Masehi. Penyebab tugelnya atau terbelahnya Pulau Jawa menjadi dua atau lebih bisa disebabkan oleh berbagai hal, antara lain amblesnya permukaan tanah yang membujur dari garis pantai Laut Jawa (Utara) hingga Samudera Indonesia (Laut Selatan).
Apakah yang menyebabkan amblesnya permukaan tanah sepanjang kira-kira kurang-lebih 300 kilometer tersebut? Mungkin bisa disebabkan permukaan air laut naik sekian puluh centimeter, bisa juga disebabkan erosi besar-besaran aliran sungai yang melintangi Pulau Jawa, terjadinya kerusakan ekosistem pantai, longsornya gunung-gunung serta berbagai bencana alam lainnya. Dan mungkin dan tentu saja bisa juga akibat semburan lumpur raksasa akibat pengeboran bumi oleh Lapindo Brantas, jika semburan berlangsung terus selama ratusan tahun.
Masih ada juga penyebab lain yang paling ditakuti oleh penduduk Jawa, yakni ledakan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dalam jumlah banyak sekaligus. Kalau cuma satu reaktor nuklir tentu tidak akan menimbulkan ancaman besar.
Dan terakhir yang tengah dihadapi oleh umat manusia saat ini yakni terjadinya pemanasan global akibat penggunaan secara berlebihan bahan bakar fosil maupun kerusakan ekosistem daratan, sungai, pegunungan, dan hutan belantara. Pertambahan penduduk Pulau Jawa yang sedemikian besar dan dengan sendirinya membutuhkan pembangunan besar-besaran rumah tinggal, tentu saja akan semakin mengurangi area hijau. Semua itu jika berlangsung dalam kurun ratusan tahun tentu akan mewujudkan ramalan Joyoboyo tersebut menjadi kenyataan. Pemanasan global dan naiknya permukaan laut akan menenggelamkan sebagian Pulau Jawa yang topografinya rendah, dengan demikian bagian tertentu Pulau Jawa yang tenggelam oleh air laut dan menjadi lautan itu akan menjadi pemisah Pulau Jawa menjadi dua bagian atau lebih. Itulah yang diramalkan oleh Sri Aji Joyoboyo sebagai, "Nugel Tanah Jawa Kaping Pindho" atau "memisahkan Pulau Jawa untuk kedua kali".
Adakah solusi untuk mengelak dari ramalan "tenggelamnya sebagian Pulau Jawa" atau "terbelahnya Pulau Jawa untuk kedua kali"?. Dapat disebutkan di sini beberapa solusi sederhana berikut ini yang sudah menjadi pengetahuan umum: menghentikan penggunaan/ penambangan bahan bakar fosil; menjaga kelestarian ekosistem daratan, hutan, gunung maupun ekosistem pantai; menggunakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan; menjaga kestabilan laju pertumbuhan penduduk, dan lain sebagainya.
******