Kudeta dan
Kontra Reaksi : 1-5 Oktober 1965
142. Memorandum untuk Presiden Johnson441
[Sampai pada baris ini tercantum suatu laporan CIA mengenai situasi]
Sebuah pergerakan dari kekuatan
yang mungkin memiliki implikasi yang jauh sedang berlangsung di Jakarta.
Sebuah kelompok yang menyebut
dirinya “Gerakan 30 September” menyatakan telah menggagalkan sebuah “kudeta
para Jenderal” di Indonesia.442 Sejumlah jenderal dan politisi yang
tak disebutkan namanya telah ditahan, dan rumah Menhan Jenderal Nasution dan
Panglima AD Jenderal Yani dijaga.
Sebuah
dekrit dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober oleh Letkol. Untung, Komandan
Pengawal Presiden, menyatakan bahwa pemerintah akan dikelola oleh Dewan
Revolusi Indonesia.
Menurut dekrit tersebut, dewan tersebut akan menetapkan kebijakan-kebijakan
pemerintah, dan keanggotaan dewan akan diumumkan segera.
Tidak
disebutkan segala peranan aktif oleh Sukarno. Radio pemerintah awalnya
mengumumkan bahwa Gerakan 30 September diorganisir untuk “menyelamatkan
Presiden Sukarno yang kesehatannya sedang dalam keadaan bahaya.” Kemudian ada
komentar bahwa dia sudah aman dan “terus menjalankan kepemimpinan negara.”
Kelompok
30 September menyatakan bahwa komplotan jenderal-jenderal tersebut diduga
diilhami oleh AS. Jalur telepon eksternal Kedubes
AS diputus 3 jam sebelum Radio Indonesia
mengumumkan bahwa “kudeta” telah digagalkan. Pasukan ditempatkan di Kedubes.
Tujuan
jangka pendek Gerakan 30 September jelas adalah penyingkiran segala peranan
politik dari elemen-elemen AD anti-komunis dan sebuah perubahan di dalam
kepemimpinan AD. Aksi terhadap elemen-elemen AD serupa nampak direncanakan juga
di luar Jakarta.
Peristiwa tersebut juga digunakan untuk melahirkan aktivitas anti-AS yang baru.
Nampaknya
mungkin bahwa Sukarno sudah tahu sebelumnya gerakan tersebut dan tujuannya.
Penggerak utama di dalam keseluruhan peristiwa, bagaimanapun, dalam hal
penentuan waktu dan rincian rencana adalah Wakil Perdana Menteri (Waperdam) I
Subandrio dan para pemimpin Komunis yang dekat dengannya dan dengan Sukarno.
143.
Memorandum dari Percakapan
Telepon
antara Wakil
Menlu Ball dengan
Menteri
Pertahanan McNamara443
Washington, 1 Oktober 1965, pukul 09:30
Ball berpikir bahwa bisnis di Indonesia
sangatlah buruk. Kondisinya semakin menjadi buruk mungkin karena operasi PKI
namun dia tak dapat memastikan. Ball adalah merasa menjadi langkah pertama
menuju sebuah pengambil alihan komunis. Mereka mendorong perwira-perwira muda
ke garis depan. Kantor Pusat PKI nampaknya berjalan terus dengan tenang dan
orang-orang tempat kita bergantung di dalam AD berada dalam tahanan rumah atau
telah ditembak – kita tidak tahu. Orang-orang yang ada di dalam daftar
benar-benar tidak terjamin keselamatannya. Subandrio ada di dalam daftar tapi
di urutan sembilan. Ini bukanlah sebuah situasi yang sehat pada saat sekarang
ini.444
Ball
mengatakan bahwa kita sedang melihat rencana beserta berbagai kemungkinannya
yang telah dibuat. Ball meminta orang-orang McNamara dapat melihat bila ada
kapal apapun di wilayah tersebut dan mungkin kita akan berbicara dengan Inggris
dan Australia
mengenai penempatan beberapa pesawat udara di Singapura dalam peristiwa bila kita harus membawa keluar beberapa
orang. Kita memiliki dua ribu orang Amerika di seluruh kepulauan.
McNamara
meminta Ball apakah dia hanya memikirkan evakuasi dan tidak ada rencana-rencana
lain apapun. Ball berkata bahwa dia akan mengetahui mengenai ini sampai situasi
menjadi jelas, McN bertanya klarifikasi macam apa yang dapat membawa kepada
aksi lainnya – sebuah pengambil alihan Komunis? Ball menjawab dan berpikir bahwa
situasi tidak memiliki harapan. McN mengatakan apa yang dulu Ball benar-benar
minta untuk mereka adalah mempertimbangkan kemungkinan evakuasi. McN mengatakan
bahwa mereka akan melaksanakannya.
144.
Memorandum dari Percakapan Telepon antara
Wakil Menlu
Ball dengan Senator William Fulbright445
Washington, 1 Oktober 1965, pukul 15:45.
Ball memanggil Fulbright
berkaitan dengan situasi Indonesia
dan mengatakan situasi masih sangat gelap. Ada sebuah kudeta dan kontra kudeta dan kita
tidak dapat katakan seberapa sukses kontra kudeta tersebut. Ball berkata dengan
sangat yakin bahwa kudeta pertama muncul dari pihak kiri. Dilakukan oleh
kelompok perwira muda namun dewan yang mereka bentuk sangat condong ke kiri dan
ada pertanyaan yang sangat besar mengenai seberapa besar PKI menjadi instrumen
di dalam ini atau setidak-tidaknya menyadarinya. Ada banyak kegiatan di dalam kantor pusat PKI
yang tetap buka. Kita telah memiliki laporan tiga jam yang lalu bahwa Nasution
telah mengendalikan elemen-elemen AD lainnya dan merebut kembali stasiun Radio
Jakarta dan menyelamatkan Sukarno dan sampai seberapa jauh dia mampu
mengendalikan situasi tidak diketahui. Ball mengatakan jika itu berguna bagi
Fulbright dia dapat meluncurkan seseorang sampai memberikan dia latihan.
Fulbright mengatakan Lausche dan beberapa orang ingin mengadakan pertemuan
namun dia telah mendapatkan laporan bahwa tidak ada informasi yang cukup untuk
membenarkannya. Fulbright mengatakan dengan mempertimbangkan lingkungan dia
tidak berpikir itu akan berjalan sangat baik. Ball mengatakan bahwa sangat
sulit untuk mengetahui bagaimana situasinya – mereka cuma mengatakan Sukarno
baik-baik saja dan bahwa mereka telah menyelamatkannya. Pihak lain mengatakan
Sukarno sehat-sehat saja. Ball mengatakan dia memiliki perasaan jika Nasution
mengambil alih, dia terus berjalan dan membersihkan PKI – ini adalah harapan
yang paling optimis, namun tidak jelas pada saat ini. Fulbright kembali
mengatakan bahwa dengan mempertimbangkan sifat tentatif darinya akan membuang-buang
waktu bagi Ball untuk mengirimkan seseorang sampai hari Senin.446
Fulbright menanyakan bila Nasution merupakan taruhan terbaik dan Ball
mengatakan bahwa dia merupakan taruhan yang paling baik namun antipati AD
terhadap PKI tidak berdasarkan ideologi – namun AD mungkin tidak berada di
dalam sebuah titik bentrokan – ini adalah (sebuah) motif rendah. Ball dan
Fulbright setuju mereka tidak dapat bergantung pada orang Indonesia
manapun.
[Mulai pada baris ini tercantum diskusi tidak berkaitan dengan Indonesia.]
145.
Memorandum dari
Percakapan antara
Wakil Menlu Ball dengan Menlu Rusk447
2 Oktober 1965, pukul 10:45
Menlu ingin mengetahui bila ada
sesuatu hal yang istimewa pagi ini tentang situasi Indonesia. Ball menyebutkan telcon semalaman,448 yang
mana Menlu katakan bahwa dia telah melihat. Ball mengatakan bahwa situasi masih
sangat samar-samar, namun ada indikasi tertentu bahwa AD berada di bawah Jenderal
Suharto449 dan, dari sudut pandang tersebut, kelihatannya tidak
terlalu jelek. Ball mengatakan bahwa PKI memang menjajarkan dirinya dengan
pihak Untung yang kelihatannya menjadi pihak yang kalah. Menlu mengatakan bahwa
ini nanti dapat menghasilkan keuntungan pada hari tersebut. Ball terkejut bahwa
tidak ada apa-apa dari Sukarno. Menlu mengatakan bahwa dia mungkin sudah
meninggal atau sedang sakit yang serius.
[Mulai pada baris ini tercantum diskusi tidak berkaitan dengan Indonesia.]
146.
Memorandum dari Direktur Wilayah
Timur Jauh
(Blouin) untuk Asisten
Menteri Pertahanan
Urusan Keamanan Internasional
(McNaughton)450
1-246491/65 Washington,
4 Oktober 1965
Subyek
: Situasi di Indonesia
Situasi di Indonesia penuh
gejolak, dan Presiden Sukarno kelihatannya sedang membuat usaha besar untuk
menjaga persatuan nasional berhadapan dengan antagonisme yang berkembang antara
AD dan kelompok-kelompok yang mendukung Gerakan 30 September. Mayat-mayat dari
perwira militer senior yang ditembak pada tanggal 30 September yang berusaha
melakukan kudeta telah ditemukan. Ada
laporan “brutalisasi” dari mayat-mayat mereka, dan AD membesar-besarkan
insiden-insiden ini untuk membangun dukungan publik ke posisinya. Sukarno,
bagaimanapun, telah menunjukkan bahwa dia tidak siap untuk bergerak melawan
PKI, Angkatan Udara, Subandrio, atau elemen-elemen yang lain yang mungkin
berada di dalam perebutan kekuasaan 30 September. Sebuah laporan menunjukkan
bahwa Sukarno berada di tangan AU sampai hari Minggu dan tidak tahu situasi
sebenarnya. Sebuah laporan lainnya menyatakan bahwa dia sekarang sepenuhnya
sadar apa yang terjadi dan siapa yang telah melakukan kejahatan. AD telah
melarang surat
kabar PKI namun tidak membuat gerakan apapun terhadap kantor pusat PKI.
Jenderal Suharto, yang nampaknya memiliki kontrol kuat situasi atas militer di
dan sekitar Jakarta, lalu di radio hari ini dengan sebuah pidato yang kuat
mengumumkan tentang peranan AU dalam plot tersebut dan terus membuat langkah
besar di dalam membangun dukungan publik bagi AD dengan mengambarkan tindakan
brutal terhadap jenderal-jenderal yang berada pada pucuk pimpinan. Ini
merupakan indikasi pertama yang kita punyai bahwa AD mungkin bersedia untuk
membuat isu mengenai kebijakan Sukarno menyembunyikan peristiwa-peristiwa
beberapa hari yang lalu.
Evakuasi Warga AS
Belum
ada pemberangkatan apa-apa atas tanggungan AS dari Jakarta dengan pesawat komersial, meskipun
Kedubes menunjukkan bahwa evakuasi mungkin akan dimulai hari ini. Seorang
pejabat Indonesia
(Jenderal Rubiono) mengatakan kepada Kedubes akan tidak bijaksana mengevakuasi
warga AS pada saat ini karena itu menunjukkan kurangnya keyakinan di dalam
kemampuan AS mengendalikan situasi. Di sisi yang lain ada laporan-laporan
bahwa Kolonel Untung berada di Jawa Tengah mengorganisir beberapa batalyon bagi
kemungkinan aksi berikutnya melawan AD dan bahwa Pemimpin PKI Aidit sedang
bersembunyi. Siangnya, Gugus Tugas 77 dan 76 berada di dua posisi sekitar 320
mil jauhnya, dengan Gugus Tugas 76 di sekitar 5 derajat lintang utara. Sore ini
Gugus Tugas 76 diperintahkan untuk menyisir utara dan “berada” di 8 derajat
lintang utara, mendekati posisi yang sekarang diduduki oleh Gugus Tugas 77.451
Perkiraan
Situasi
Ada
beberapa penaksiran baru dari jalannya peristiwa baru-baru ini, semuanya
didukung oleh informasi yang kadang-kadang bertolak belakang. Dua yang utama
adalah:
(1) Sukarno tahu semua yang terjadi dan sedikit berbohong sampai dia
dapat melihat siapa yang akan muncul di puncak (agaknya dia mengharapkan kudeta
Untung-Subandrio-Dani akan sukses dan komando tinggi AD tidak akan lagi menjadi
sebuah ancaman bagi kebijakan pro-Pekingnya).
(2) Sukarno tertipu mempercayai bahwa kudeta Untung adalah untuk
menyelamatkannya dari sebuah kudeta yang disponsori AS oleh AD dan bahwa dia
sekarang mulai percaya bahwa AU, PKI terlibat di dalam suatu plot menyingkirkan
satu-satunya lawan mereka, AD.
Bila
seseorang berpendapat bahwa perkiraan (1) di atas adalah benar, itu berarti
bahwa Sukarno akan melakukan apa saja yang mungkin untuk mencegah AD
menghancurkan AU dan PKI dan bahwa dia akan meneruskan kebijakan sebelumnya
berhubungan dekat dengan Peking dan dengan
PKI, keuntungan ini bagi kita. Dia telah membuat beberapa upaya memainkan
insiden tersebut semata-mata sebagai percekcokan antar kelompok. Bila kita
berpendapat bahwa perkiraan (2) adalah benar, maka itu berarti bahwa AD akan
diberikan lebih banyak otoritas dan bahwa orang-orang seperti Subandrio, Dani
dan Untung didepak. Namun, Sukarno mungkin takut bahwa bila dia membiarkan AD
bergerak terlalu cepat melawan Gerakan 30 September, dan lebih khususnya melawan
PKI, perang saudara akan berkembang dan merobek-robek negeri – membiarkan
pulau-pulau di luar terbuka bagi penetrasi asing dan mungkin
pemerintahan-pemerintahan independen. Dengan bergerak perlahan-lahan dan
membuat suatu pertunjukan persatuan nasional, dia mungkin mampu untuk mencegah
disintegrasi dari Federasi dan masih berhati-hati terhadap elemen-elemen yang
ingin mendongkel pemerintah.
Saya
cenderung berpikir bahwa Sukarno sadar, setidak-tidaknya setengahnya, dari apa
yang sedang terjadi dari awal dan bahwa dia sekarang berusaha memasang wajah
terbaik pada pekerjaan yang telah rusak, berharap untuk menjaga keutuhan
prestisenya. Persoalan besarnya adalah apakah AD, telah menunjukkan kekuatan
dan persatuannya di dalam menghadapi suatu usaha untuk menghancurkan
pengaruhnya, akan mengijinkan Sukarno melakukan pengendalian yang ia miliki
sebelumnya. Di dalam peristiwa apapun, citra Sukarno telah ternoda.
Dua
hari kemudian akan bercerita banyak. Bila AD mengubah Perayaan Hari ABRI (5
Oktober) menjadi sebuah prosesi pemakaman besar bagi para pemimpinnya yang
gugur, momentum tersebut dapat menghasilkan AD berada di dalam posisi komando
di samping Sukarno. Bagaimanapun, kita tidak meremehkan kekuatan Sukarno untuk
memanipulasi situasi dengan cara apapun yang dia sukai, untuk membuat situasi
lebih baik atau lebih buruk. Tidak ada kemungkinan bagi orang Indonesia
lainnya hari ini yang dapat mempertahankan federasi bersama-sama, dan AD
mungkin memandang faktor ini lebih penting ketimbang membalas dendam kepada AU
dan PKI.
F.J. Blouin452
Laksamana
Muda, AL-AS,
Direktur, Wilayah Timur Jauh
____________________
441. Sumber: Johnson
Library, National Security File, Country File,
Indonesia, Vol.
V. Memos, 10/65-11/65. Rahasia. Ada
sebuah indikasi mengenai memorandum bahwa Presiden telah membacanya.
442. Di dalam Tosec 34
kepada USUN, 1 Oktober, State Department mengirimkan sebuah memorandum, aslinya
disiapkan oleh Underhill untuk William Bundy, untuk Rusk dan Goldberg keduanya
orang yang bekerja untuk PBB. Memorandum mencatat bahwa Gerakan 30 September
telah direncanakan oleh Dewan Revolusi dipimpin oleh Untung yang memiliki
“latar belakang polisi militer dan dilatih di AS,” meskipun dia tidak dikenal
oleh Kedubes. Underhill menganggap bahwa jalan Dewan Revolusi jelas
mengabaikan Sukarno “mengandaikan dia sudah meninggal atau benar-benar
berhalangan tetap,” tercatat bahwa sebagai seorang anggota senior Pengawal
Presiden, Untung berada pada sebuah posisi yang ideal untuk mengetahui bahwa
Sukarno mendadak sakit parah. Underhill merangkum proklamasi yang dikeluarkan
oleh Untung, dan mempertimbangkan 4 indikator tentatif yang mendukung melawan 3
yang tidak mendukung. (National Archives and Records Administration, RG 59,
Central Files 2964-66, POL 23-9 INDON)
443. Sumber: Johnson
Library, Ball Papers, Telephone Conversations, Indonesia (4/12/64-11/10/65). Tidak
ada keterangan klasifikasi.
444. Ball juga memanggil
Rusk pada pukul 10:00, McGeorge Bundy pada pukul 10:35, dan Helms pada pukul
11:35. Di dalam percakapan dengan Rusk dan MecGeorge Bundy, Ball menegaskan
keprihatinannya seperti yang dinyatakan kepada McNamara, namun dengan McGeorge
Bundy Ball mencatat bahwa ada laporan FBI bahwa AD Indonesia telah mengambil
kembali stasiun Radio Jakarta. Ball menanyakan kepada Helms “jika kita berada
di dalam posisi di mana kita dapat secara kategoris membantah keterlibatan
operasi CIA ini di dalam situasi Indonesia.” Helms menjawab, “ya;
bahwa dia telah berhubungan dengan Rayborn (Raborn) melalui telepon dan
mendapatkan ijinnya untuk mengidentifikasi dirinya dengan Helms di dalam
membantah nya sehingga mereka menjadi barisan orang-orang yang dicurigai dengan
kuat.” Helms menyatakan, “mereka benar-benar tak ada hubungannya dengan itu. (satu baris dari teks sumber tidak
dideklasifikasikan).”
Ball memanggil Rusk kembali pada pukul 15:15 untuk memberitahukannya bahwa ada
sebuah kontra kudeta yang dipimpin oleh Nasution “yang berarti mengembalikan
Sukarno dengan beberapa cara.” (Ibid.)
445. Sumber: Johnson
Library, Ball Papers, Telephone Conversations, Indonesia, (4/12/64-11/10/65).
Tidak ada keterangan klasifikasi.
446. 4 Oktober.
447. Sumber: Johnson
Library, Ball Papers, Telephone Conversations, Indonesia. (4/12/64-11/10/65).
Tidak ada keterangan klasifikasi. Ball berada di Washington, Rusk berada di New York.
448. Di dalam telekonferensi
ini, 2 Oktober, Ball bertanya kepada Kedubes empat pertanyaan: Bagaimana
situasi baru-baru ini, siapa yang berkuasa, apa status Sukarno dan jika tak
diketahui, apa perkiraan Kedubes, dan bagaimana situasi dengan PKI? Kedubes
merespon bahwa Jakarta
relatif tenang dengan kekuatan yang loyal kepada Untung tidak lagi menjadi
sebuah ancaman militer yang besar. Suharto yang berkuasa, status Sukarno tidak
diketahui, namun dia tidak mendukung AD. Dia juga kemungkinan meninggal,
sekarat, di dalam perawatan khusus, menunggu debu mengendap, atau dia
mendalangi keseluruhan peristiwa untuk mendiskreditkan AD (sangat tidak
mungkin). PKI tidak aktif namun masih bersiap-siap untuk memerangi represi
militer. Green tidak berpikir evakuasi orang-orang AS diperlukan dan bahkan
kontra produktif. (National Archives and Records Administration, RG 59, Central
Files 1964-66, POL 23-9 INDON)
449. CIA menyiapkan sebuah
memorandum intelijen tentang latar belakang Suharto pada tanggal 2 Oktober.
(Johnson Library, National Security File, Country File, Indonesia,
Vol, V, Memos 10/65-11/65)
450. Sumber: Washington National
Record Center,
RG 330, OASD/ISA Files: FRC 70 A 3717, Indonesia,
000.1-291.2. Rahasia. Draft dibuat oleh D.E. Nuechterlein (OASD/ISA/FER).
451. Keputusan untuk posisi
Angkatan Laut ini untuk kemungkinan evakuasi darurat warga AS dari Indonesia
merupakan pokok bahasan telepon berganda antara Ball dan McNamara, McGeorge
Bundy, dan Rusk pada tanggal 3 dan 4 Oktober. Memorandum dari percakapan
telepon ini ada di Johnson Library, Ball Papers, Telephone Conversations, Indonesia,
(4/12/64-11/10/65).
452. Dicetak dari sebuah salinan dan tercantum tanda tangan yang
bersangkutan ini.