Perang Paregreg ketiga bahaya laten Nusantara


Perang Paregreg ketiga ancaman Negara Kesatuan Nusantara

mbah sghriwo

Majapahit runtuh bukan karena invasi asing melainkan adu kekuatan senjata di dalam kalangan militer sendiri dalam hal ini angkatan laut yang tadinya terkuat di bumi selatan itu saling bertikai satu sama lain sehingga meletuslah perang laut yang dahsyat di perarian Nusantara.
    Negara Kesatuan Nusantara pimpinan Bung Karno mengalami hal yang sama: suasana perang, bau mesiu, angkatan kelima, dan kekuatan laut yang terbesar di Asia Tenggara memang tidak bertempur satu sama lain seperti di era Majapahit. Pertempuran yang sesungguhnya terjadi adalah dalam tubuh Angkatan Darat yang baru saja mendapatkan persenjataan dari Sovyet Uni dan Republik Rakyat Tiongkok untuk membebaskan Irian atau Papua bagian barat.
    G30S hakikatnya adalah perang paregreg kedua yang membuat Negara Kesatuan Nusantara diambang kehancuran karena perpecahan di tubuh Tentara Nasional Indonesia. Bung Karno memilih skenario yang lain daripada meletusnya paregreg kedua yang lebih dahsyat, beliau memilih menyerahkan kekuasaan ke tangan Angkatan Darat dalam mengembalikan keamanan dan ketertiban. Salah satu bukti penyerahan Bung Karno kepada Angkatan Darat ialah Supersemar. Supersemar itu pun tidak sebagaimana yang diharapkan Bung Karno tetapi melenceng dan disalahgunakan oleh jenderal-jenderal yang memegang surat sakti tersebut. Hasilnya paregreg kedua terjadi antara Partai Komunis Indonesia berikut simpatisannya melawan golongan agama yang berada di bawah kendali militer untuk saling membasmi satu sama lain. Negara Kesatuan masih utuh akan tetapi menelan korban jutaan orang tewas dan masuk kamp tahanan. 
    Bung Karno tentu belajar dari sejarah Majapahit bahwa perang paregreg antara kekuatan militer dalam negeri hasilnya seratus persen adalah kehancuran Negara Kesatuan, oleh sebab itu beliau tidak mau mengadu kekuatan militer yang masih setia seperti KKO dan AURI untuk menghantam Angkatan Darat pimpinan Jenderal Soeharto. Bung Karno adalah pemersatu Nusantara seperti kata Pramoedya Ananta Toer, "Satu-satunya orang yang berhasil mempersatukan Nusantara tanpa menumpahkan setetes darah pun adalah Soekarno."
    Sebagai perbandingan Jenderal Van Heutz semasa menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda menyerang daerah-daerah mulai Aceh hingga Sulawesi untuk mempersatukan wilayah Hindia-Belanda ke bawah duli Sri Maharatu Belanda.
Kembali pada ancaman Paregreg Ketiga di Nusantara dari dua paregreg di atas dapat ditarik generalisasi bahwa kesatuan dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia adalah mutlak, selama militer penjaga keamanan Nusantara tidak bertikai satu sama lain maka Nusantara akan tetap abadi bersatu-padu.
    Mengapa wilayah Nusantara harus tetap menjadi Negara Kesatuan? Ada sebuah pemikiran bahwa Nusantara tanpa menguasai Selat Malaka adalah tidak mungkin, karena hal itu terjadi dengan sendirinya, kapan pun Nusantara bersatu maka Selat Malaka dapat dikuasai dan digenggam dalam tangannya. Dan sebaliknya terpecah-belahnya wilayah Nusantara berarti lepasnya Selat Malaka jatuh ke tangan asing. Dan jika Selat Malaka jatuh ke tangan asing, maka perdagangan laut akan macet dan pelabuhan-pelabuhan di seantero Nusantara akan sepi dan mati. Akibatnya tidak ada kemakmuran dapat dinikmati oleh segenap rakyatnya.
    Dengan demikian Negara Kesatuan Nusantara harus tetap menjadi negeri maritim, negeri laut yang jaya di lautan sendiri. Konsep negeri Maritim terbukti mampu mempersatukan Nusantara di masa Majapahit, dan konsep negeri yang memperkuat militer angkatan darat di masa Kerajaan Mataram Sultan Agung tak mampu mengusir Belanda dari Batavia. Dan dengan konsep negeri maritim Bung Karno membangun Angkatan Laut yang paling kuat di Asia Tenggara dengan bantuan Sovyet Uni untuk membebaskan Irian atau Papua bagian barat. 
    Kaum intelektual yang meragukan negara kesatuan Nusantara haruslah ingat dengan Sumpah Pemuda pada 1928. Sumpah itu jika dilanggar akan kualat dan bencana pun akan datang dari Sang Penguasa Jagad Raya. Ingat Aceh yang membangkang padahal Rakyat Aceh lah pendukung utama Negara Kesatuan di masa Bung Karno, ingat Poso, dan lain-lain. Sumpah Pemuda bukan Sumpah Palapa Gajahmada atau Sumpah Pamalayu Sri Krtanegara. yang dianggap Jawa menjajah luar Jawa.
****

________
Perang paregreg -- perang penghancuran diri.