Pancasila dan hantu marxisme-leninisme
mbah subowo bin sukaris
Pancasila sebagai ideologi negara kesatuan Republik Indonesia terbukti sakti dan mampu bertahan lebih dari setengah abad atau tepatnya enampuluh lima tahun, dan tetap perkasa sepanjang masa. Bandingkan dengan Uni Sovyet embahnya dan negeri pertama yang berideologi marxisme-leninisme bertahan selama tujuhpuluh empat tahun saja. Berbagai upaya menggantikan ideologi negara kesatuan itu terus-menerus dilakukan oleh kelompok lain, akan tetapi tidak pernah berhasil. Mengapa? Pancasila adalah hasil galian langsung dari bumi Nusantara sendiri. Inti daripada kelima sila Pancasila itu jika diperas kuat-kuat adalah gotong-royong. Dan kelima Pancasila itu jika dijabarkan lebar-lebar maka hasilnya ialah San Min Chui, Al-Qur'an, marxisme, dan marhaenisme atau nasionalisme ala Indonesia. Nasionalisme dan nasion Indonesia sudah lahir sejak Sumpah Pemuda yang mengikrarkan berbangsa satu bangsa Indonesia.
Dengan sendirinya Pancasila tidak pernah bertentangan dengan komponen pembentuk dirinya sendiri yang disebutkan di atas dan disebutkan oleh penggali sendiri Dr. Ir. Haji Soekarno. Apakah Pancasila sesederhana kelima silanya yang dihafalkan anak-anak sekolah dasar dan tidak sehebat ideologi lainnya? Untuk itu dibutuhkan kreatifitas berpikir tersendiri dalam memandang dan melihat inti daripada Pancasila itu sendiri.
Di masa Orde Baru Pancasila diselewengkan dengan cara mengadu kekuatan terhadap ideologi lain, bahwa Pancasila itu sakti dan ideologi lain merupakan musuh daripada Pancasila. Padahal jelas Pancasila itu adalah hasil sintesa dari ideologi besar di dunia yang berpijak di bumi tanah air sendiri.
Ideologi asing yang bukan murni hasil galian langsung dari bumi pertiwi tidak pernah dan tidak mungkin menggantikan Pancasila selama Pancasila itu benar-benar dan dibenarkan apa yang sebenarnya adalah Pancasila yang tidak bertentangan dengan ideologi manapun di dunia. Oleh sebab itu pelarangan ideologi lain sebagai bahan pelajaran dan bahan studi ilmiah adalah bertentangan dengan Pancasila.
Percayalah andai ideologi syariat Islam, ideologi marxisme-leninisme, ideologi liberalisme dibiarkan hidup di Nusantara maka upaya apapun untuk menggantikan Pancasila tidak pernah berhasil karena semua itu ideologi impor. Pancasila tidak mengenal takut terhadap syariat Islam ataupun marxisme-leninisme. Tentu dengan syarat dasar bahwa negara Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri dalam ekonomi, kebudayaan, dan politik. Negara Indonesia yang tidak berdikari tentu tidak mempunyai syarat untuk mempertahankan Pancasila sebegai ideologi negara kesatuan sepanjang masa.